Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Gonjang-Ganjing di Dunia Street Photography

20 Oktober 2025   10:10 Diperbarui: 20 Oktober 2025   16:29 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI | Photo by Pok Rie/PEXELS

Sejak sepekan ini, dunia fotografi ramai diperbincangkan di media sosial. Beberapa akun memposting keluhan para fotografer yang dilarang memotret di sebuah lokasi yang notabene adalah area publik. Kebetulan wilayah tersebut sering dipakai tempat berlari para pelari. Pelarangan ini dilakukan oleh oknum yang mengaku sebagai fotografer lokal yang sering mengais rezeki dengan memotret pelari atau penggiat olahraga lain. Mereka mengklaim bahwa wilayah tersebut sudah menjadi milik mereka dengan embel-embel komunitas fotografer di daerah tersebut.

Yang membuat tidak nyaman adalah, cara oknum tersebut menyampaikan larangan dengan kalimat-kalimat yang seolah-olah mereka punya kuasa di wilayah tersebut dan disertai nada ancaman.

Hmm... Membaca isi chat yang diposting di akun yang berhubungan dengan dunia fotografi, membuat beberapa penggiat dunia fotografi geram. Ancaman-ancaman yang dilontarkan mirip "ormas" yang berkedok fotografer.

Tidak mengherankan, postingan tersebut semakin ramai diperbincangkan, diperdebatkan, dan menjadi viral. Setelah viral, ternyata banyak fotografer di wilayah lain juga yang mendapat perlakuan serupa yang tidak menyenangkan. Padahal, sama-sama mencari rezeki di area publik, tetapi oknum yang merasa paling berkuasa di wilayah tersebut mengintimidasi fotografer pendatang.

Tidak hanya di satu wilayah, melainkan di banyak wilayah, ada saja oknum FG yang sok berkuasa. Padahal mereka sama-sama pencari nafkah, sama-sama mencari rezeki dengan memotret, tetapi mentalitasnya saja yang berbeda.

Menurutku, oknum-oknum FG seperti ini adalah mereka yang takut bersaing dan khawatir rezekinya terambil. Tinggal di mana, Bro? Coba sekali-sekali ke pasar! Lihatlah berapa banyak pedagang yang menjual dagangan yang sama. Apakah mereka saling menjatuhkan? Apakah mereka takut dagangan mereka tidak laku? Tentu tidak! Karena mereka yakin bahwa rezeki itu tidak akan tertukar. Setiap orang sudah memiliki takaran rezekinya masing-masing. Lalu, kenapa kamu harus takut?

Kalau kamu merasa hasil fotomu bagus dan punya link atau koneksi yang baik, kenapa harus mengusik orang lain mencari rezeki? Mungkin pergaulannya kurang luas, makanya sedikit-sedikit mengancam. Sedikit-sedikit mau lapor ke komunitas. Itu namanya mental ormas berkedok fotografer.

Dengan merebaknya kasus ini, banyak FG pun mulai bersatu untuk melawan para oknum bermental ormas di wilayah-wilayah yang menganggap diri Akamsi (Anak Kampung Sini). Tujuannya adalah memberi pandangan bahwa sesama pencari nafkah tidak perlu saling sikut. Tidak perlu merasa paling senior, apalagi merasa paling memiliki wilayah.

Percayalah, semakin kamu menanamkan mental iri, dengki, dan takut kehilangan rezeki, maka sesungguhnya dirimu sendirilah yang menjauhkan rezeki itu darimu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun