Sejak sepekan ini, dunia fotografi ramai diperbincangkan di media sosial. Beberapa akun memposting keluhan para fotografer yang dilarang memotret di sebuah lokasi yang notabene adalah area publik. Kebetulan wilayah tersebut sering dipakai tempat berlari para pelari. Pelarangan ini dilakukan oleh oknum yang mengaku sebagai fotografer lokal yang sering mengais rezeki dengan memotret pelari atau penggiat olahraga lain. Mereka mengklaim bahwa wilayah tersebut sudah menjadi milik mereka dengan embel-embel komunitas fotografer di daerah tersebut.
Yang membuat tidak nyaman adalah, cara oknum tersebut menyampaikan larangan dengan kalimat-kalimat yang seolah-olah mereka punya kuasa di wilayah tersebut dan disertai nada ancaman.
Hmm... Membaca isi chat yang diposting di akun yang berhubungan dengan dunia fotografi, membuat beberapa penggiat dunia fotografi geram. Ancaman-ancaman yang dilontarkan mirip "ormas" yang berkedok fotografer.
Tidak mengherankan, postingan tersebut semakin ramai diperbincangkan, diperdebatkan, dan menjadi viral. Setelah viral, ternyata banyak fotografer di wilayah lain juga yang mendapat perlakuan serupa yang tidak menyenangkan. Padahal, sama-sama mencari rezeki di area publik, tetapi oknum yang merasa paling berkuasa di wilayah tersebut mengintimidasi fotografer pendatang.
Tidak hanya di satu wilayah, melainkan di banyak wilayah, ada saja oknum FG yang sok berkuasa. Padahal mereka sama-sama pencari nafkah, sama-sama mencari rezeki dengan memotret, tetapi mentalitasnya saja yang berbeda.
Menurutku, oknum-oknum FG seperti ini adalah mereka yang takut bersaing dan khawatir rezekinya terambil. Tinggal di mana, Bro? Coba sekali-sekali ke pasar! Lihatlah berapa banyak pedagang yang menjual dagangan yang sama. Apakah mereka saling menjatuhkan? Apakah mereka takut dagangan mereka tidak laku? Tentu tidak! Karena mereka yakin bahwa rezeki itu tidak akan tertukar. Setiap orang sudah memiliki takaran rezekinya masing-masing. Lalu, kenapa kamu harus takut?
Kalau kamu merasa hasil fotomu bagus dan punya link atau koneksi yang baik, kenapa harus mengusik orang lain mencari rezeki? Mungkin pergaulannya kurang luas, makanya sedikit-sedikit mengancam. Sedikit-sedikit mau lapor ke komunitas. Itu namanya mental ormas berkedok fotografer.
Dengan merebaknya kasus ini, banyak FG pun mulai bersatu untuk melawan para oknum bermental ormas di wilayah-wilayah yang menganggap diri Akamsi (Anak Kampung Sini). Tujuannya adalah memberi pandangan bahwa sesama pencari nafkah tidak perlu saling sikut. Tidak perlu merasa paling senior, apalagi merasa paling memiliki wilayah.
Percayalah, semakin kamu menanamkan mental iri, dengki, dan takut kehilangan rezeki, maka sesungguhnya dirimu sendirilah yang menjauhkan rezeki itu darimu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI