Mohon tunggu...
Bernand Artanto Winata
Bernand Artanto Winata Mohon Tunggu... -

Nasionalisme adalah tidak membuang sampah sembarangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bagi Puan Maharani, Perempuan Adalah Tiang Negara

6 Mei 2017   21:29 Diperbarui: 6 Mei 2017   21:32 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.merdeka.com/peristiwa/buka-rakernas-fatayat-nu-menko-puan-diangkat-jadi-warga-kehormatan.html

Untuk menguraikan tentang perempuan, tentu tak bisa dijelaskan secara sederhana. Dalam sebuah diktum dikatakan, bahwa di balik lelaki yang sukses ada peran sosok perempuan yang hebat. Dalam konteks perempuan sebagai ibu, Rosulullah bahkan pernah pernah bersabda tentang keutamaan seorang ibu dibandingkan seorang bapak. Rosulullah menyebutkan “ibumu” sebanyak tiga kali, lalu “bapakmu” setelah itu ketika ada sahabat yang bertanya tentang kepada siapa sepatutnya penghargaan dan penghormatan itu diberikan.

Setali tiga uang, dalam sambutannya ketika ikut memberikan arahan pada Rakernas Fatayat NU, Puan Maharani mengingatkan kembali pentingnya peran perempuan, bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Puan Maharani, perempuan adalah tiang negara. Sebagai tiang, perempuan adalah penguat, penopang, dan memperkokoh negara. “Jika perempuannya baik, maka baiklah negaranya. Jika perempuannya rusak, maka hancurlah negaranya”. Apakah ini berlebihan?

Tentu tidak. Puan Maharani memaknai itu dalam konteks perempuan sebagai ibu yang menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Peranan seorang ibu sangatlah vital karena darinyalah dilahirkan anak-anak sebagai penerus generasi bangsa. Ibu yang mengerti bagaimana mendidik dan mempersiapkan anak-anaknya dengan baik, maka sejatinya, ia telah mempersiapkan bangsa ini lebih baik dan lebih kuat. Kalimat ini bukan hanya pemanis istilah saja, tapi merupakan bentuk kesadaran yang purna atas posisi dan peran perempuan sesungguhnya.

Statementini sebagai upaya dan bentuk konsistensi Puan Maharani dalam meningkatkan harkat dan martabat kaum perempuan sehingga tidak lagi menjadi manusia “kelas dua”. Bukan hanya karena dirinya sebagai perempuan, bukan pula hanya sebagai representasi dan pengejawantahan emansipasi sejak “dikumandangkan” oleh Kartini, tapi lebih kepada kesadaran untuk menunjukkan pada dunia, bahwa perempuan juga memiliki peran yang signifikan dalam menentukan nasib dan kemajuan sebuah bangsa.

Semangat itulah yang ingin disampaikan oleh Puan Maharani dalam banyak usahanya untuk menjadikan perempuan Indonesia juga mempunyai peran dan tugas yang sama dalam konteks bernegara, tentu dengan tanpa melupakan “kodrat” utamanya sebagai ibu segala bangsa. Hal itu juga yang disampaikan oleh Puan Maharani dihadapan para perempuan hebat, yang dengan penuh kesadaran ingin berbuat dan mengabdi untuk negara, pada acara Rakernas Fatayat NU di Palangkaraya.

Sehingga tidak aneh ketika Puan Maharani dijadikan sebagai “warga kehormatan” Fatayat NU (melalui simbolisasi pemasangan jaket), karena mungkin, selain Puan Maharani secara figur menjadi representasi dari “kebangkitan” perempuan, tapi juga kenyataan, bahwa Puan Maharani terlihat aktif dalam mengirimkan pesan kepada perempuan untuk menunjukkan diri sebagai entitas yang patut dihargai, sebagaimana laki-laki. Pesan ini diharapkan menjadi semangat yang membahana, tersebar ke seluruh pelosok Indonesia, melalui serangkaian ide dan kerja nyata, sehingga perempuan Indonesia dapat benar-benar menjadi tiang bagi tegak dan kuatnya Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun