Film I am Sam menceritakan kisah tentang perjuangan seorang ayah yang bernama Sam, orang tua tunggal yang memiliki disabilitas IQ selevel anak usia 7 tahun. Sam bekerja di kedai kopi Starbuck dan fans berat dari The Beatles. Beruntung Sam memiliki seorang tetangga bernama Annie (Dianne Wiest). Wanita paruh baya yang sering mendengarkan tangisan Lucy. Annie mengajarkan Sam bagaimana caranya merawat bayi. Annie yang memahami keterbatasan Sam mengajarkan bagaimana Sam harus mengatur pemberian susu untuk Lucy. Untuk memudahkan Sam, Annie memberitahu bahwa Sam harus memberi susu kepada Lucy berdasarkan jam tayang kartun-kartun yang ada di Nickelodeon. Lucy tumbuh menjadi anak yang sehat. Sam selalu membawanya bekerja. Namun, Lucy menjadi kendala ketika ia semakin besar.
Hingga akhirnya Sam memohon kepada Annie untuk dapat menjaga Lucy selama ia bekerja. Dalam drama ini, tidak hanya Sam yang digambarkan sebagai tokoh dengan disabilitas. Masih ada empat orang teman Sam yang memiliki disabilitas, yakni Robert, Joe, Wali, dan Brad. Keautistikan kelima sahabat ini digambarkan dengan kebiasan mereka yang tak pernah berubah selama bertahun-tahun. Setiap hari Rabu adalah hari mereka makan di IHOP, menonton video di setiap Kamis malam, dan pergi berkaraoke bersama setiap Jumat. Dan kebiasaan ini pun masih dilakukan meski sudah ada Lucy di antara mereka. Dia membesarkan putri semata wayangnya Lucy. Namun, tentunya Sam tidak sendirian membesarkan Lucy. Dibantu para sahabatnya, Lucy dibesarkan dengan penuh cinta.
Rasa cinta dan cara mendidik Sam membuat Lucy tumbuh menjadi anak cerdas yang memiliki karakter dan keinginan yang kuat. Karena sejatinya bukan hanya Sam yang membesarkannya, Lucy pun belajar untuk melindungi sang ayah. Hal ini terlihat di salah satu adegan ketika Lucy memutuskan untuk berhenti belajar agar tidak lebih pintar dari sang ayah. “Aku tidak ingin membaca jika ayah tidak bisa,” kira-kira demikian pikirannya.
Seiring perjalanan film, kita tahu dari mana kegigihan Lucy berasal. Ternyata itu sifat yang menurun dari Sam. Ketika Lucy menginjak usia 7 tahun, otoritas setempat, melalui pihak sekolah, menyadari bahwa Sam tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk membesarkan Lucy karena disabilitas yang disandangnya serta ketidakcukupan secara ekonomi. Akhirnya Lucy dipisahkan sementara dari Sam dan diinapkan di rumah orang tua asuh sambil kasus hak asuhnya dilanjutkan di pengadilan. Dengan gigih Sam berusaha untuk mendapatkan hak asuh Lucy kembali dengan menggandeng pengacara andal yang sesungguhnya mata duitan, Rita Harrison.
Proses pendewasaan diri dialami Sam ketika putusan pengadilan tidak berpihak padanya. Lucy harus ikut orang tua asuhnya, yang sesungguhnya juga menyayangi Lucy. Disitulah Sam mulai menata hidupnya dan membuktikan dirinya pantas dan mampu sebagai seorang ayah.
Film ini tidak hanya menggambarkan drama hidup Sam dan Lucy tapi juga menyoroti kacaunya kehidupan pribadi Rita. Agaknya, apa yang dialami Sam mempengaruhi Rita untuk lebih mensyukuri apa yang dimilikinya. Drama-komedi besutan Jessie Nelson ini dirilis pada tahun 2001. Meskipun termasuk drama lawas namun nilai kasih sayang yang dalam antara orang tua dan anak masih relevan dengan kondisi saat ini. Emosi penonton pun bisa ikut terhanyut saat mengikuti drama berdurasi 134 menit ini. Penonton seolah-olah digiring untuk mendukung Sam mendapatkan hak asuh atas Lucy.
Yang membuat film ini begitu menyentuh hati penonton adalah ketika penonton disajikan kehidupan seorang ayah “Si Cacat”, Sam dan "Si Normal", Rita yang saling bertolak belakang. Dari sini penonton dapat belajar bahwa kebahagiaan tidaklah sebatas harta dan tahta, tapi bagaimana kita menyikapi kasih sayang keluarga sederhana dan berkekurangan menjadi hal yang istimewa dan berharga.
Sisi lain dari film ini juga menjelaskan bahwa betapa perlunya para orang tua melimpahkan perhatian kepada anak mereka. Limpahan kasih sayang orang tua ini berimbas pada sikap anak kepada orang tua, seperti Lucy yang begitu menyayangi Sam dan keterbatasannya. Dan Willy, anak Rita, justru membenci Rita yang selalu lembur di kantor. Sam mengajarkan banyak hal kepada Rita dan penonton bahwa kasih sayang adalah hal terbesar yang harus dimiliki seorang anak. Sama seperti subjudul film ini, Love is All Need. Cinta adalah kebutuhan semua orang, terutama seorang anak.
Film ini tak sekadar membuat penontonnya tertawa dan menangis. I am Sam (Love is All You Need) juga menyisipkan pesan yang luar biasa kepada penontonnya, sehingga film ini patut ditonton oleh seluruh kalangan, baik pendidik, orang tua, anak, dan masyarakat awam untuk mengetahui arti cinta yang sesungguhnya. Hal yang paling menyentuh dari film tersebut adalah kata-kata dari Sam, yakni “Menjadi orang tua adalah tentang kesetiaan, tentang kesabaran, dan tentang mendengarkan. Dan tentang berpura-pura mendengar, bahkan ketika kau tidak bisa mendengar lagi. Dan juga tentang cinta.”
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI