Mohon tunggu...
Banyu Wijaya
Banyu Wijaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

#nusantaraindonesiatrulyuniversa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Adakah Tuhan Selain Engkau, Ya Allah?

17 November 2012   15:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:10 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ungkapan itu terlontar dari seorang pemahat patung tenar seantero Jazirah Arabia. Amir Ghazali (AG) namanya. Kakek berusia 99 tahun ini sudah 99 hari lamanya terus menerus tanpa henti berjalan sambil berteriak-teriak histeris. Sesekali teriakannya diselingi doa memohon ampunan Yang Maha Kuasa itu. Tak terasa ratusan kilometer AG berjalan tanpa arah yang pasti. Siapa pun yang melihatnya akan bilang bahwa AG adalah orang yang aneh bahkan mengarah pada gangguan jiwa alias gila berat. Bahkan keanehannya semakin bertambah, karena kemana pun AG pergi, AG selalu membawa secarik kertas bertuliskan huruf Arab. Setiap AG membacanya, tanpa dikomando air matanya segera bercucuran disertai suara isak tangis yang memilukan. Ketika AG memalingkan wajahnya dari secarik kertas “misterius” itu, AG pun kembali berteriak histeris seraya berdoa.

Sayangnya, masyarakat dimana AG tinggal adalah masyarakat jahiliyah lagi malas beribadah kepada Allah. Negeri itu berada di sebuah lembah gunung bernama Jabal Rahmah. Negeri itu luasnya tidak sampai 454.590 km2 dengan jumlah penduduknya 18.459. Seluruh masyarakatnya tidak tahu baca tulis, termasuk huruf Arab. Karuan saja tak ada orang yang paham perihal isi dalam secarik kertas yang ditenteng Kakek kaya raya itu. Dan parahnya lagi, tak ada yang tahu menahu pula kenapa Kakek itu mengidap gila yang sangat parah seperti itu.

Meski jahiliyah, masyarakat tersebut diberi karunia berupa negeri yang subur lagi makmur. Sumberdaya alam, seperti minyak bumi dan gas alam melimpah ruah. Tanahnya yang lain pun cukup subur untuk ditanami pepohonan, seperti kelapa, coklat, dan kurma. Namun uniknya, seluruh masyarakat negeri ini suka pada patung. Patung, bagi masyarakat itu adalah sangat keramat dan harus disembah. Maka jangan heran, seluruh pelosok negeri penuh sesak dengan jutaan patung. Ada patung manusia, patung hewan, dan patung tumbuhan. Dari semua patung yang ada, patung yang paling banyak dimiliki orang-orang disitu adalah patung emas yang menyerupai seorang Kakek setinggi 2.25 meter yang berjanggut putih dan bertongkat kayu coklat.

Pembuat Patung yang Murtad
Menurut cerita orang-orang disitu, Kakek Gila itulah yang membuat patung sang Kakek itu. Kepandaaiannya memahat patung terkenal seantero negeri itu, bahkan hingga ke seluruh Jazirah Arabia. Selain Kakek Gila itu, di negeri itu terdapat ribuan pemahat patung. Namun keahliannya tidak mampu menandingi sang Kakek Gila itu. Maka sang Kakek, sebelum mengidap kegilaan yang parah, selalu kebanjiran order pembuatan patung. Dan hebatnya lagi, para pemesan patung maunya dibuatkan patung si Kakek emas hanya oleh si Kakek Gila itu. Meskipun pemahat-pemahat yang lain mencoba meniru seperti apa yang dibuat Kakek Gila, tetap saja tidak bisa sebagus buatan asli. Sebagaimana warga yang lain, sejak menjadi pembuat patung Kakek Gila itu tidak pernah beribadah kepada Allah.

Sebelum menekuni pekerjaan sebagai pembuat patung, sekitar 50 tahun yang lalu, sebenarnya Kakek Gila itu sukanya berburu ilmu kepada para ulama terkenal di seluruh Jazirah Arabia. Masa kecilnya dihabiskan di istana, karena sebenarnya dia adalah anak seorang raja di negeri itu. Dialah Pangeran Amry. Seperti anak raja pada umumnya, segala kebutuhan hidupnya senantiasa terpenuhi, tak ada yang kurang. Bahkan sang ayah tak segan-segan mengundang guru-guru terpilih ke istana untuk mendidik buah hatinya itu.

Meski sudah beranjak dewasa, namun kerakusannya akan ilmu semakin menjadi-jadi. Pas saat umurnya menginjak 18 tahun, dia pun mengjakukan permohonan untuk keluar dari istana untuk mencari guru yang lebih mumpuni. Tak kuasa sang ayah dan ibu menahan keinginannya itu. Dari gurunya yang ke-18, dia diminta untuk berguru kepada seorang ulama hebat di suatu negeri sejauh 153 km dari istana ayahnya. Dengan berat hati orangtuanya melepas kepergiannya. Dengan ditemani seorang pengawal, dia membawa perbekalan yang lebih dari cukup selama bertahun-tahun.

Nah, sejak itulah dia lepas dari pengawasan orangtuanya. Hari pun berganti pekan. Pekan pun berganti bulan. Bulan pun berganti tahun. Demikianlah bertahun-tahun pangeran….

ditulis: 26 Desember 2008, inspirasi dari: Cak Nun

bersambung…..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun