Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siapa Aku (3)

23 Juni 2016   09:53 Diperbarui: 24 Juni 2016   08:26 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Unsur Pembentuk Manusia. Disiratkan  dalam  Al Qur’an  bahwa manusia tercipta  dari   4 unsur : tanah, api, air dan udara/angin. Yang sesungguhnya keempat unsur ini saling bermusuhan. Saling menyombongkan bahwa dirinyalah yang paling kuat dan yang paling berkuasa atas unsur yang lain.

Atas kondisi tersebut Tuhan menguji masing - masing unsur sebagai berikut : Hai angin, atas dasar apa engkau menyatakan dirimu yang paling kuat dan paling berkuasa atas unsur yang lain? Angin menjawab. Tuhan, sayalah yang paling kuat dan yang paling berkuasa atas mereka, karena mereka tidak ada kesanggupan untuk menghentikan kekuatan dan kuasaku. Dan bahkan aku sanggup menerbangkan dan merobohkan mereka, bila menghalangiku.

Tuhan menjawab, hai angin alangkah sombongnya engkau. Cobalah pindahkan gunung dan laut itu, ketempat lain dengan kekuatan dan kuasamu. Mendengar  perkataan itu, angin lalu  bersujud dan berkata Maha Suci Allah. Sesungguhnya tiada kekuatan dan kuasaku untuk melakukan itu ya Allah, oleh karena itu aku tunduk dan bersujud dihadapan-Mu.

Berikutnya giliran api. Hai api atas dasar apa engkau menyatakan dirimu yang paling kuat dan yang paling berkuasa, atas unsur yang lain? Api menjawab. Tuhan sayalah yang paling kuat dan paling  berkuasa, atas  mereka. Karena mereka, tidak ada kesanggupan untuk menghentikan kekuatan dan kuasaku. Dan bahkan aku sanggup, membakar mereka yang ada di sekelilingku.

Tuhan menjawab, hai api alangkah sombongnya engkau. Tidakkah engkau ingat  bahwa nyalamu dapat dipadamkan dengan siraman air? Mendengar perkataan tersebut, api lalu bersujud dan berkata Maha Suci Allah. Sesungguhnya tiada kekuatan dan kuasaku untuk melakukan itu ya Allah, oleh karena itu aku  tunduk  dan  bersujud  dihadapan-Mu. Demikian selanjutnya terhadap air dan tanah. Mereka semua mengakui kelemahannya masing – masing, dan akhirnya kesemua unsur tersebut bersujud dihadapan Allah.

Dari uraian singkat ini, dapat diketahui  bahwa  sesungguhnya manusia tercipta dari unsur - unsur yang saling bermusuhan ( tercerai berai ). Namun atas kehendak dan kuasa Allah, dapat bersatu menjadi satu kesatuan yang disebut manusia.

Hidup Karena Kebiasaan.Kalau seseorang mengaku sebagai manusia, hendaklah berupaya agar dua unsur pembentuk manusia itu  merupakan  satu kesatuan yang bulat dan utuh. Artinya, dalam setiap perbuatan hendaklah dibiasakan agar kedua unsur itu tidak berjalan sendiri - sendiri. Misal, sembahyang sudah berniat dan mengucap Allahu Akbar. Tetapi pikiran masih berpikir,  jangan - jangan  sandal baru saya diambil orang. Ini artinya yang sembahyang baru badannya (lahiriyahnya) saja, sedangkan batiniyahnya belum sembahyang.

Berpuasa, tentunya tidak berarti hanya menahan lapar dan haus saja ( ini baru lahiriyahnya saja yang dipuasakan ). Batiniyahpun dipuasakan, dengan menahan hawa nafsu, di antaranya  menahan amarah. Tidak berbuat sesuatu yang dapat membatalkan puasa. Tidak membicarakan aib orang lain. Tidak mencuri dengar pembicaraan orang lain. Tidak berbohong. Tidak korupsi. Dan lain - lain perbuatan yang dapat mengurangi atau bahkan dapat menghapus nikmat puasa.

Demikian seterusnya, meskipun bulan ramadhan telah berlalu, puasa lahir memang sudah tidak dilaksanakan. Tetapi batin tetap dipuasakan sepanjang masa, sampai akhir hayat. Artinya, meskipun bulan ramadhan telah berlalu  tetap  diteruskan tidak marah. Tidak membicarakan aib orang lain. Tidak  mencuri dengar pembicaraan orang lain. Tidak berbohong. Tidak korupsi dan lain - lain perbuatan buruk sampai akhir hayat. Dengan demikian, kapanpun dan dimanapun keberadaan kita, manakala  Tuhan  menghendaki  untuk  mewafatkan kita,  kita wafat dalam kondisi berpuasa.                     

Demikian pula manakala akan berbuat, seyogyanya dibiasakan  setiap  perbuatan, dilandasi niat ikhlas lahir dan batin, agar tidak merugi dua kali. Misal. Ada orang minta sedekah diberi,  begitu  orangnya pergi berkomentar,  orang  sehat - sehat kok minta - minta. Ini berarti yang sedekah baru lahiriyahnya saja, batiniyahnya belum. Dengan demikian merugi dua kali. Pertama, rugi karena apa yang telah diberikan tidak kembali. Kedua, ganjaran atau pahala tidak akan diperoleh.

Membantu orang lain, atas bantuan tersebut seseorang lalu mengucapkan terima kasih. Setelah orangnya pergi, berkomentar enak aja ngomong terima kasih, sini yang mengerjakan gempor / capek. Inipun perbuatan yang sia - sia. Lalu seharusnya bagaimana? Kita hendaklah membiasakan, satunya kata dengan perbuatan dilandasi niat iklas lahir dan batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun