Manakala seseorang membaca surat kabar tentunya mempunyai tujuan, paling tidak orang tersebut ingin mengetahui ada berita apa yang diwartakan dalam surat kabar dimaksud.Â
Karena adalah suatu perbuatan sia - sia bila seseorang membaca surat kabar, tetapi tidak mengetahui berita apa yang diwartakan didalamnya. Analog atau sama dengan alur pikir tersebut maka kata bacalah atau ikrok, hendaklah dimaknai dengan membaca untuk memahami petunjuk dan perintah Allah Swt. ( Al Qur'an) yang terkandung didalamnya.
Jadi membaca atau ikrok tidak hanya dimaknai dengan membaca an sich ( thok ), lalu beranggapan yang penting membaca Al Qur'an dalam bahasa Arab-nya, tidak mengerti artinya tidak apa - apa toh mendapat pahala dan masuk surga.Â
Pemahaman kental yang masih lekat seperti ini kiranya perlu diluruskan atau dikoreksi, agar anak - cucu tidak terjebak dengan budaya: kata orang, kata ustadz, kata ulama, dan akhirnya kata nenek moyang. Insya-Allah pelurusan atau koreksi akan terwujud, bila setiap penyampai risalah apapun sebutannya mampu mengedepankan sifat bisa merasa        ( bukan merasa bisa ) dan kejujuran, serta menurunkan gengsi.
Sebagai ilustrasi. Andaikan seseorang berkata, tolong anda baca  surat kabar harian X, tanggal 11 Juli 2018. Dengan serta merta pelaksanaannya dimaknai dengan, mempelajari bahasa Indonesia.Â
Dimulai dari, belajar membaca dan menghafal, serta menulis alphabet atau abjad Indonesia, a, b, c, ...... z. Dilanjutkan dengan belajar merangkai huruf, misal. i + n + i  = ini; i + b + u = ibu; dan b + u + d + i  = budi. Terus ketiganya dirangkaikan berbunyi "ini ibu budi". Kalau mau jujur, bukankah ini pelajaran TK ( Taman Kanak -- Kanak ) di Indonesia?
Demikian seterusnya, sehingga akhirnya orang yang diperintah untuk membaca harian X tanggal 11 Juli 2018 itu, pandai membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia. Pertanyaannya. Apakah dengan pandai membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia, orang tadi lalu secara otomatis mengetahui informasi atau berita, yang diwartakan  dalam  harian X, tanggal 11 Juli 2018 dimaksud? Tidak.Â
Mengapa? Karena fokus pelaksanaan orang tersebut, sudah berubah. Yang seharusnya  membaca agar mengetahui informasi atau berita, yang diwartakan dalam harian  X tanggal 11 Juli 2018; Berubah menjadi mempelajari, cara membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia.
Dan bisa jadi, orang tersebut malah tidak mengetahui isi berita harian X tanggal 11 Juli 2018, Mengapa? Karena untuk mempelajari sampai mahir, membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia, butuh waktu.Â
Bisa satu minggu, satu bulan atau bahkan mungkin sampai satu tahun. Mari dibayangkan apa yang terjadi? Bisa -- bisa surat kabar yang harus dibaca tadi, malah sudah tidak diketahui dimana rimbanya, logis bukan? Dan ada yang lebih celaka lagi, apa itu? Belum sempat membaca, orangnya sudah mati duluan.
Kalau begitu, apakah orang tadi salah dan rugi? Tidak semuanya, salah dan rugi. Paling tidak, orang tadi sudah mendapat pahala atau ganjaran atas perbuatannya. Apa wujud pahala atau ganjaran, yang didapatnya?Â