Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bila Makanan Sehat Menyehatkan

18 Mei 2018   15:05 Diperbarui: 18 Mei 2018   15:08 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Telah dijelaskan dalam artikel sebelumnya di Kompasiana, bahwa manusia terdiri dari 2 unsur besar. Yaitu unsur nyata ( lahiriyah ) dan unsur ghaib ( batiniyah ), yang merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan, bak 2 sisi mata uang. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk memahami perintah dan petunjuk Allah Swt. 

Tuhan Yang Maha Kuasa, hendaklah dikaji maknanya dari 2 sisi tadi. Kemudian pengamalan atau pewujud - nyataannya kedalam tingkah laku, perbuatan dan tutur kata kita sehari - hari, juga hendaklah mencerminkan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kedua sisi tersebut.

Surat Abasa ayat 24. maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sudahkah kita melaksanakan perintah dan petunjuk Allah ini dengan benar dan tepat? Bagaimana melaksanakannya? Untuk itu mari, kita sama -- sama mengkajinya. Manusia dapat bertahan hidup diatas dunia ini, karena mendapat asupan berupa makanan, baik berasal dari hewan maupun dari hasil tanam tumbuh.

Agar manusia mempunyai tubuh yang sehat, hendaklah diberi asupan berupa makanan yang akrab disebut dengan 4 sehat, 5 sempurna. Artinya, asupan berupa makanan tadi hendaklah memenuhi persyaratan tertentu. Yaitu makanan harus cukup karbohidrat, cukup protein, cukup lemak, dan buah-buahan, serta akan lebih sempurna lagi kesehatan tubuh kita, bila dilengkapi dengan unsur kelima yaitu minum susu. Dengan demikian seseorang akan mempunyai kesehatan prima, sehingga mampu beraktivitas sehari - hari secara optimal.

Namun kalau hanya itu yang dilakukan, berarti seseorang tadi belum dapat berlaku adil terhadap dirinya sendiri. Mengapa dikatakan demikian? Karena yang diberi asupan baru wadag atau lahiriyahnya saja, agar menjadi sehat dan bugar, sedangkan sisi lain dari manusia belum dipenuhi akan kebutuhan asupan makanannya. Padahal manusia terdiri dari dua unsur.                                           

Lalu batiniyah yang disebut Sang Suci atau Satriyo Piningit, diberi asupan apa selama ini? Bagaimana cara untuk memberi asupan berupa makanan yang sehat dan menyehatkan, bagi Satriyo Piningit? Makanan yang sehat dan menyehatkan sebagai asupan Satriyo Piningit,  tidak  lain  adalah  melaksanakan  perintah dan petunjuk Allah dengan benar dan tepat. Sebagaimana diingatkan dalam firman Allah, antara lain surat Abasa  khususnya ayat 23. sekali -- kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya.  

Untuk mengetahui bagaimana caranya? Mari mulai saat ini dibiasakan atau dibudayakan, agar manusia tetap dalam keadaan sadar dan selalu ingat secara terus menerus tanpa terputus ( mendirikan shalat ). Agar setiap perbuatan yang sesungguhnya tertuju untuk kepentingan sang wadag, sekaligus juga ditujukan untuk kepentingan sang Satriyo Piningit.                                

Apakah sama, makanan bagi sang wadag dengan makanan bagi Sang Satriyo Piningit? Sudah barang tentu, sangat berbeda jenis makanannya. Kalau jenis makanan bagi sang wadag, dapat berupa: sate, tongseng, hamburger, hotdog, getuk, tiwul, rawon, opor, rending, bakso dan lain sebagainya; Sedangkan bagi Satriyo Piningit, jenis makanannya berupa pewujud - nyataan atau pengamalan perintah dan petunjuk Allah. 

Salah satu contoh. Sebagai penganut Islam, tentunya sudah tidak asing lagi dengan kata wudhu. Bahkan sudah terbiasa melakukan atau mempraktekkannya, saat mau melaksanakan sembayang. Dengan urutan, membaca bismillahirrahmanirrahim,  membasuh kedua tangan hingga pergelangan, berkumur, membasuh kedua lubang hidung; Berniat kemudian membasuh muka, membasuh kedua tangan hingga siku, membasuh jidat ( dahi ), membasuh kedua telinga, dan membasuh kedua kaki hingga mata kaki.

Ditinjau dari sisi lahiriyah dengan kegiatan ini, bila ada pengotor - pengotor nyata yang melekat  pada  organ  tubuh  tadi dapat dihilangkan atau dihapuskan. Maka bersihlah, keadaan organ tubuh yang dibasuh tadi. Tetapi perlu diingat, apakah dengan cara seperti itu, otomatis Satriyo Piningit juga sudah menjadi bersih, dengan pelaksanaan wudhu tadi?  Belum!

Bila pemaknaan berwudhu baru satu sisi saja, istilah Jawa mengatakan wis bener ning durung pener. Artinya perbuatan tadi sudah benar, tetapi belum tepat. Untuk lebih baiknya, istilah Jawa tadi seharusnya berbunyi wis bener tur pener. Artinya perbuatan tadi, sudah benar dan tepat. Ditandai dengan pengamalan atau pewujud - nyataan dua sisi tadi, dalam satu kesatuan tingkah laku, perbuatan dan tutur kata sehari - hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun