Mohon tunggu...
Anizur Zoebir Tanjung
Anizur Zoebir Tanjung Mohon Tunggu... Jurnalis

Baca, Amati, Analisa, Tulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Trik Membuat Berita Seremonial Tetap Menarik, Walau Acaranya Itu-Itu Saja

18 Mei 2025   08:49 Diperbarui: 18 Mei 2025   08:49 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wartawan Kabupaten Agam Sumatera Barat. (Dok: Anizur) 

Bagi banyak jurnalis, terutama yang masih baru di dunia kerja, menulis berita seremonial sering terasa membosankan. Begitu juga bagi pembaca, berita tentang peresmian gedung, kunjungan pejabat, atau acara resmi lainnya sering kali tidak menarik untuk dibaca. Polanya itu-itu saja, seperti nama acara, siapa pejabat yang hadir, lalu sambutan berisi ucapan terima kasih, pujian, dan dukungan. Hampir tidak ada hal baru yang bisa dikutip.

Isi pidato pejabat pun sering berputar di situ-situ saja. Kadang hanya mengulang visi dan misi saat kampanye dulu. Tidak ada gagasan baru, tidak ada tanggapan terhadap masalah nyata di masyarakat. Bahkan, ada juga pejabat yang tampak tidak akrab dengan tempat yang dikunjungi. Ia tidak menyebut tokoh setempat, sejarah daerah, atau cerita warga. Pidatonya terasa dingin dan jauh dari kehidupan masyarakat.

Wajar kalau kita, sebagai jurnalis, bisa merasa jenuh saat meliput acara seperti ini. Pidato terasa kaku dan tidak bernyawa. Bahkan saat wawancara setelah acara pun, jawabannya sering sama saja. Semua terasa datar dan tidak menggugah semangat menulis.

Tapi sebenarnya, rasa bosan itu bisa diubah jadi peluang. Kuncinya jangan hanya fokus ke acara utamanya. Cobalah alihkan perhatian ke hal-hal kecil di sekitar. Misalnya, reaksi warga saat pejabat datang, obrolan ringan antar tamu undangan, anak-anak yang bermain di sekitar acara, atau momen-momen spontan yang muncul di luar susunan acara.

Kadang, satu kejadian kecil justru bisa jadi bahan cerita yang lebih menarik daripada pidato resmi. Kuncinya cuma satu yakni peka. Pakai mata, telinga, dan rasa kita dengan baik. Sebab, hal-hal yang menyentuh justru sering datang dari yang tak terduga, bukan dari apa yang tertulis di naskah pidato.

Selain itu, gaya menulis juga berperan besar. Jangan terpaku pada struktur baku berita formal. Boleh sedikit luwes, asal informasi penting tetap tersampaikan. Cari sudut pandang yang berbeda, angkat cerita dari sisi lain, dan berikan sentuhan manusiawi pada tulisan kita. Misalnya, bukan hanya menyebut siapa yang hadir, tapi juga bagaimana suasana acaranya, ekspresi warga, atau hal unik yang terjadi di lokasi.

Berita seremonial memang tidak sehangat berita yang bersifat kritis atau kontroversial. Tapi bukan berarti tidak bisa ditulis dengan menarik. Semua tergantung bagaimana kita menangkap peristiwa dan menyampaikannya.

Jadi, kalau kamu jurnalis yang sedang ditugaskan meliput acara seremonial yang itu-itu saja, jangan langsung merasa bosan. Justru di situlah tantangannya yaitu bagaimana caranya agar berita yang kamu tulis tetap hidup dan menyentuh pembaca. Kadang, cerita terbaik datang dari tempat yang paling tidak kita duga. Tinggal kita mau melihatnya atau tidak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun