Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pilihan Tuhan Pasti Lebih Baik, Walaupun...???

3 April 2010   07:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:01 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Demikian ungkapan seorang dokter ketika ngobrol dengan saya pada suatu saat saya konsultasi (berobat). Saya katakan dokter tersebut seorang penganut Katolik yang saleh, karena banyak umat beragama dari agama apapun yang tidak saleh. Di meja kerjanya terpampang foto bunda Theresa dengan Paus Johanes Paulus II. Sebagai seorang dokter, dia banyak membaca buku-buku filsafat, termasuk filsafat Islam, sehingga sering meluncur dari mulutnya ungkapan, bahwa 'saya ini masih di level syariat, belum mencapai maqam makrifat, apalagi hakikat', Masya Allah...

Ungkapan yang saya jadikan judul diatas merupakan ungkapan dari dokter tadi, saya teringat sebuah kisah (bisa juga dikatakan dongeng filosofis), walau isinya bagaikan dongeng semata tapi dapat dipetik hikmah dibalik kisah tersebut.

Konon, pada zaman dulu hidup seorang Raja yang selalu meminta pendapat Sang Menteri dalam berbagai hal. Apa saja keputusan kerajaan selalu meminta pendapatnya sebelum Sang Raja membuat keputusan final. Suatu saat Sang Raja mengupas buah dan tangannya terkena pisau dan luka berdarah. Sang Menteri pun masih tetap mengatakan bahwa semua itu pasti ada kebaikannya karena itu pilihan Tuhan. Maka Rajapun marah dan singkat kata Menteri tersebut pun di penjara.

Pada suatu saat Rajapun ingin berburu. Menteri setia itu pun tidak diajaknya. Raja berburu dengan prajurit. Ketika tiba di hutan dan melihat binatang buruan, Rajapun mengejarnya hingga masuk ke dalam hutan sendirian karena prajuritnya ketinggalan di belakang. Di tengah hutan tersebut terdapat penghuninya yang ingin memberikan persembahan (holocaust) kepada Tuhan, dan persembahan tersebut haruslah orang yang cakep dan tidak cacat fisik, seperti mau berkurban domba di hari Idul Adha, juga binatangnya yang bagus, gemuk, besar dan tidak cacat. Maka Rajapun diputuskan akan dibakar dan dijadikan persembahan. Ketika diperiksa oleh Ketua penduduk hutan, ternyata didapati di tangan Sang Raja ada luka bekas goresan mengupas buah tadi. Maka, persembahan itupun dibatalkan dan Sang Rajapun dilepas. Singkat kata, Rajapun selamat dari panggangan api.

Ketika Raja tiba di istana, dia pun langsung ke penjara dan memeluk sang Menteri berterimakasih dan mohon maaf karena nasehat dan pandangannya yang benar, sebagai rasa pengakuan bersalah, dan juga sebagai orang yang bersyukur karena tidak jadi dijadikan persembahan. Ternyata, Sang Menteri pun menangis dan berterima kasih pada Sang Raja, karena andaikan dia ikut Raja berburu itu, maka dapat dipastikan dia yang akan dijadikan persembahan dan dipanggang. Makanya, Sang Menteripun bersyukur di penjara oleh Sang Raja, walaupun penjara itu menyakitkan.

Kawan, dari kisah di atas, semuanya pilihan Tuhan, luka kena pisau mengupas buah dan dipenjara, pada awalnya memang menyakitkan, tapi betapa banyak hikmah dibalik ketidaknyamanan yang pada mulanya kita tidak terima dan bahkan ngedumel, kata orang Betawi.

Oleh karena itu, PILIHAN TUHAN PASTI LEBIH BAIK, WALAUPUN menyakitkan. Semoga bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun