Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengalaman Rohani: Kesaksian Orang Lain

20 Juli 2015   12:51 Diperbarui: 20 Juli 2015   12:51 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman spiritual atau rohani - saya tidak tahu apakah istilah tersebut benar atau salah- merupakan pengalaman yang jarang ditemukan pada kebanyakan orang. Yang saya maksud dengan pengalaman tersebut adalah sesuatu yang berada di luar jangakauan rasio kita dan peristiwanya juga hanya terjadi sewaktu-waktu atau jarang sekali. Agar tidak rancu dengan terminologi diatas saya hanya mencatatkan pengalaman pribadi seseorang yang kebetulan bisa bercerita tentang hal tersebut.

Memang saya pernah mengalami sebuah peristiwa yang tiba-tiba muncul kembali di benak walau peristiwanya sendiri sudah terjadi belasan tahun lalu. Waktu itu saat ayah saya meninggal dunia dan dimakamkan di pemakaman wakaf keluarga. Pewakaf kuburan atau makam adalah kakek saya (ortu ayah saya). Beliau memang mempunyai tahan kebun yang sangat luas di pinggir Jakarta dimana pada saat itu masih merupakan kampung sepi dan masih banyak sawah. Sekarang semuanya sudah menjadi perumahan penduduk. Tentu saja disitu dimakamkan kakek buyut saya dan keturunannya walau saat ini banyak para tetangga yang menumpang dimakamkan di tanah wakaf tersebut.

Sebagaimana kelaziman kami sebagai pengikut mazhab Imam Syafii dalam fikih biasanya mayit yang meninggal dunia selain dibacakan tahlil setiap malam, juga dibacakan Al-Qur'an di makam. Termasuk ayah saya yang dilakukan hal tersebut. Sepanjang tiga minggu -secara terus menerus dibacakan ayat Al-Qur'an secara urut hingga mengkhatamkan beberapa kali khatam. Banyak pendapat para ulama bahwa hal itu selain juga memang ajaran agama dimana doa orang masih hidup akan sampai kepada orang yang sudah meninggal, juga merupakan proses awqat atau saatul ijabah. Semoga sepanjang waktu pembacaan dan juga doa tahlil tahmid zikir pada mayit pasti ada tersampaikan saat ijabah sepanjang waktu yang cukup lama. Sebagai anak, saya tentu saja mondar mandir ke makam selain mengecek segala sesuatu yang berkenaan dengan berbagai hal, juga mendengarkan atau menyimak bacaan Al-Qur'an yang dibaca. Pada suatu senja saya datang ke makam, saya dikejutkan oleh bau harum yang belum pernah saya cium selama hidup saya. Bahkan bau harum tersebut bisa teringat kembali bahkan ketika saya tulis tulisan ini. Saya berdoa semoga itu sebagai penanda kebaikan orang tua saya di alam baka sana. Memang jika melihat sepakterjang kehidupan beliau sehari-hari menunjukkan hal tersebut, selain ahli ibadah, beliau selalu shalat jamaah di mushalla yang beliau renovasi kecuali ketika beliau sudah sakit; beliau pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat jumat di awal waktu, beliau adalah penggerak dan pendiri masjid tersebut dan menjadi bendahara hingga beliau sakit. Tali silaturahim yang beliau jaga kepada siapa saja, bukan hanya kepada saudara yang lebih tua bahkan dengan keponakannya yang masih muda atau lebih muda dari beliau dan banyak hal-hal kebaikan lain yang beliau lakukan termasuk mewakafkan lahan tanah untuk wakaf pendidikan yang sudah diamanahkan kepada kami, putra putrinya.

Selain pengalamana diatas ada juga kesaksian orang lain pada seseorang, peristiwanya terjadi pada saat itikaf di sepeuluh hari ramadhan, wabil khusus di malam ke-29 Ramadhan. Jamaah itikaf memang hanya beribadah kerjanya sepanjang siang dan malam di hari sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Mulai dari melek mata hampir semua kegiatan adalah ibadah. Jika kita tarik mulai berbuka, dilanjutkan shalat taraweh dan mengaji dan tadarus Al-Qur'an, dilanjutkan dengan qiyamullail hingga sahur. Selepas shalat subuh dilanjutkan mengaji kitab dan tidur sebentar. Bangun tidur shalat dhuha dan tadarus Al-Qur'an. Makanya banyak yang hanya dalam 2 hari saja sudah mengkhatamkan 30 juz Al-Qur'an. Dimalam ke 29 tersebut selepas qiyamullail ada seorang jamaah yang melihat sebuah cahaya seperti blits kilatan flash camera melintas di seorang jamaah ketika sujud. Si jamaah tidak melihat persitiwa tersebut namun jamaah yang berada persis dibelakangnya melihat hal tersebut dengan jelas dan nyata. Sehingga jamaah yang melihat tadi ketika bertemu langsung menghampiri dan mencium tangannya sebagai tanda hormat. Padahal dia tidak biasa dicium tangannya. Dan saya kira banyak lagi peristiwa-peristiwa ruhaniyah yang dialami banyak orang selain yang saya ceritakan diatas.

Semoga tentu saja harapan kita semua bahwa hal itu menandakan kebaikan seseorang yang mengalaminya. Amin. Wallahu A'lam,

salam damai

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun