Tulisan ini adalah hasil obrolan dengan adik ipar saya yang bertugas di Bahrain. Sudah hampir dua tahun dia tinggal disana bersama istrinya. Dalam obrolan ketika cuti ke Jakarta banyak yang menarik perhatian saya, terutama mengenai soal syiah, tata cara ibadah shalatnya maupun masjidnya di Bahrain. Karena dia tidak punya akun di blog keroyokan Kompasiana ini, saya bilang cerita ini akan saya tulis di Kompasiana biar pembaca tahu informasinya.
Sebagaimana diketahui bahwa penduduk Bahrain mayoritas adalah pemeluk Syiah. Mungkin Syiah Imamiyah, yang dianut oleh Iran. Firqoh (Sempalan) Syiah itu banyak sekali. Ratusan menurut buku-buku yang saya baca tentang Syiah. Yang paling populer saat ini adalah Syiah Imamiyah atau Syiah Itsnaasyriyah atau Syiah Dja'fariyah atau Syaih Musawiyah yang mayoritas dianut di Iran. Terus ada Syiah Zaidiyah yang dianut di Yaman. Syiah Zaidiyah ini yang paling dekat dengan Ahlusunnah Wal Jamaah (Di Universitas Al-Azhar Mesir dipelajari fikihnya). Ada Syiah Alawiyah (Alawit) yang dianut oleh keluarga Presiden Assad di Syria. Ada sempalan Syiah seperti Druz di Lebanon, ada Babiyah, Bahaiyah dan lain sebagainya. Syiah merupakan faham ekslusif dari Islam karena sumber ajaran mereka, terutama riwayat hadits Nabi hanya diambil dari Ahlul Bait. Hadits-hadits yang bersumber dari sahabat non-Ahlul Bait tidak diambil menjadi rujukan. Karena itu, jangan pernah tanya kenapa riwayat hadits Nabi misalnya dari sahabat Abu Hurairah, apalagi Abu Bakar, Umar dan Usman. Kecuali Ali yang menjadi imam pertama dari Syiah Imamiyah. Saya tidak usah perbesar soal ini.
Kembali ke tema. Ternyata di Bahrain, masjid-masjid antara milik orang Syiah dengan Suni itu seperti berlomba. Banyak yang berdampingan. Namun, orang-orang sudah kenal, mana masjid Syiah dan mana masjid Sunni. Adik ipar saya juga suka nyelonong ke masjid yang ternyata milik orang Syiah karena tidak tahu terutama waktu baru datang disana. Ada manfaatnya juga sehingga jadi tahu masalah shalat mereka, misalnya. Ternyata waktu shalat orang Syiah (Bahrain) berbeda dengan waktu shalat Sunni. Kelompok Syiah Bahrain shalatnya cuma tiga waktu yaitu Zuhur, Maghrib dan Subuh. Sedangkan Asar digabung dengan Zuhur. Isya digabung dengan Maghrib. Berbeda dengan Sunni yang rukun Islamnya berbunyi 'mengerjakan shalat lima waktu', berdasarkan sabda Baginda Nabi Muhammad saw yang berbunyi, "Shallu kama ra'aitumuni ushalli' (Shalatlah sebagaimana kau lihat aku shalat). Hadits ini yang menjadi rujukan Ahlussunah Wal Jamaah sebagaimana Baginda Nabi saw mengajarkan shalat, tata caranya dan lain sebagainya secara praktik. Bukan 'hanya penjelasan kalamiyah (omongan)'. Jadi, shalat dengan cara 3 waktu tersebut siapa yang mengajarkan? Nabi saw sendiri tidak mengajarkan demikian.
Bahkan bukan itu saja. Bagi Syiah shalat Jum'at tidak wajib. Makanya, di Iran tidak ada shalat Jum'at. Hal ini pernah cukup ramai di media ketika seorang pejabat kita dalam kunjungan ke Tehran pada hari jum'at yang mencari masjid untuk menunaikan shalat Jum'at namun tidak ditemukan. Pelaksanaan shalat Jum'at adanya di Kampus Universitas Tehran (kalau tidak salah) karena shalat Jum'at tidak wajib bagi Syiah. Berbeda dengan Ahlussunnah Wal Jama'ah dimana shalat Jum'at merupakan wajib hukumnya.
Saya ketika masih tinggal di Timur Tengah setiap bulan Ramadhan selalu menyaksikan perdebatan di televisi antara Syiah dan Sunni. Dari Sunni selalu tampil salah satu ulama dari Syiria Sheikh Adnan Ar'ur. Seru sekali perdebatannya, tapi Sheikh Ar'ur selalu menjelaskan banyak diantara penyimpangan-penyimpangan dari Syiah. Keeklusifan Syiah saja sudah merupakan penyimpangan. Kenapa? Karena Islam pada hakikatnya adalah Rahmatan Lil alamin, inklusif. Bukan hanya li 'Ahlul Bait' saja. Sedangkan Ahlul Bait sendiri banyak sekali yang bermazhab Sunni (Ahlussunah Wal Jama'ah), tidak Syiah seperti para habaib (di Indonesia) yang menyebarkan Islam dan sangat berperan dalam proses Islamisasi di kawasan ASEAN zaman dulu. Di Malaysia mereka disebut dengan 'Syarif', di Anak Benua India disebut 'Syed' begitu juga di Afrika, sedangkan di Arab disebut 'Sayyid'.
Jadi itu sekelumit catatan oleh-oleh dari Bahrain mengenai shalatnya orang Syiah yang cuma 3 waktu. Nah... kita pernah mendengar adanya 'seruan nyeleneh' sekelompok orang di tanah air yang mengajak orang untuk shalat 3 waktu juga seperti cara orang Syiah Bahrain. Bagaimana waktu shalatnya orang Syiah di negara lain? Bagi yang pernah tinggal di Iran dan lain sebagainya tidak salah untuk menshare pengalaman. Kalau orang Indonesia ada yang simpati dan bahkan menjadi Syiah itu sih bukan Syiah tapi 'Tasyayyu' namanya. Mengaku Syiah-syiahan atau Syiah KW. Bukan ori. Karena Syiah cuma Ahlul Bait saja. Itupun tidak semua karena banyak Ahlul Bait yang Sunni. Wallahu A'lam
salam damai,
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI