Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bahkan Bernapas pun Adalah Sebuah Paradoks

28 September 2020   05:00 Diperbarui: 28 September 2020   05:07 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Hidup kita dikepung oleh paradoks. Orang yang paling kita cintai juga adalah orang yang paling mungkin menyakiti. Orang yang paling ingin kita berkembang adalah orang yang paling keras pula mengekang. 

Makan pun adalah sebuah paradoks. Prosesi ini kita perlukan untuk hidup sehat, tetapi ia juga dapat membuat kita sakit. Bahkan bernapas pun adalah sebuah paradoks. Ia vital bagi kehidupan, tapi ia juga bisa mematikan.

Bernapas adalah proses mengambil oksigen (O2) dari lingkungan oleh paru-paru, oksigen kemudian dibawa oleh darah menuju sel, dan di dalam sel terjadi proses pembakaran sari pati makanan atau oksidasi yang menghasilkan energi. Tapi tak hanya energi, oksidasi juga menghasilkan gas karbondioksida, uap air dan radikal bebas. Ya, radikal bebas.

Gerombolan radikal bebas yang berkeliaran dalam tubuh kita dapat mengakibatkan keadaan yang disebut stress oksidatif. Stres oksidatif merupakan awal mula beragam penyakit pada organ tubuh manusia, mulai dari penyakit jantung koroner, darah tinggi, aterosklerosis, stroke, hingga kanker. Kabar baiknya, tubuh kita dipersenjatai dengan seperangkat antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas. Itu dalam keadaan normal.

Sayang disayang, kehidupan kita kini tak lagi senormal dulu. Udara telah bercampur dengan berbagai polutan seperti asap rokok, kendaraan, dan industri. 

Lapisan ozon di atmosfer kita berlubang, menyebabkan kita lebih banyak terpapar radiasi matahari. Diet kita kacau, terlalu berpihak kepada lidah daripada kepada kesehatan. 

Beban pekerjaan membuat kita tambah tertekan, pertikaian-perselisihan-pertengkaran membuat kita jengkel atau naik pitam, lalu media sosial mengomporinya dengan berbagai ketegangan. Kita lebih banyak cemberut ketimbang tersenyum. Kita lebih sering terburu-buru daripada tenang. 

Semua itu menyebabkan jumlah radikal bebas dalam tubuh kita berlipat-lipat, dan sistem antioksidan dalam tubuh kita kewalahan. Banyak di antara kita yang lalu mengalami stres oksidatif.

Angka-angka statistik berbicara. Prevalensi penyakit-penyakit tidak menular (non-communicable diseases) seperti stroke, kanker, penyakit jantung, dan lain-lain terus meningkat. Peluang kita terserang penyakit tidak menular juga meningkat. Lantas, apa yang mesti kita perbuat?

Di antara sebab meningkatnya radikal bebas, ada yang berada di dalam kendali kita dan ada pula yang tidak. Pertama, kita kendalikan apa yang bisa dikendalikan. 

Di antaranya, suasana hati. Kita semua menghadapi cabaran hidup masing-masing. Berat atau ringan adalah relatif. Akan tetapi, suasana hati selalu dapat kita jaga. Berlapang atau bersesak dada adalah pilihan bebas bagi semua orang. Berikutnya, soal pekerjaan. Tetap dipikirkan, tapi jangan terlampau berat. 

Mau bersungut-sungut atau dengan hati riang, pekerjaan tetap harus dirampungkan. Tak cocok dengan pekerjaan yang sekarang, keluar. Masih perlu gajinya, bersabar. 

Tak ada pekerjaan, cari. Bahkan kalau pun harus membersihkan pekarangan rumah orang lain dengan bayaran cukup sekali makan. Ucapan orang tak dapat kita kendalikan, tapi kitalah sang tuan rumah bagi hati sendiri. 

Gelap terangnya kita yang putuskan. Bagi yang berkecukupan, atur pola makan. Jangan kelewat memanjakan lidah. Jangan terlalu kenyang. Berolah raga dengan teratur dan cukup tidur.

Ada sumber radikal bebas yang tak sepenuhnya dapat kita kendalikan, semisal kualitas udara dan menganganya atmosfer kita. Untuk yang ini kita bantu antioksidan alamiah dalam tubuh kita dengan berbagai macam sumber antioksidan. Buah, sayur, dan berbagai tanaman herbal serta rempah adalah sumber antioksidan yang berlimpah.

Setiap paradoks dapat dikelola, jika paham bagaimana caranya. Perkara hasilnya, biarlah menjadi ketentuan Sang Maha Segala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun