Mohon tunggu...
Bangkit prayogo
Bangkit prayogo Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hanya manusia yang ingin menjadi manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mental yang Gigih dan Hati yang Teguh

5 Januari 2023   19:49 Diperbarui: 5 Januari 2023   19:57 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kesehatan terpenting dalam diri manusia adalah ketika kekuatan mental dan kebaikan hati, bersatu menjadi pengaruh paling dasar dari kesuksesan hidup. Dengan menjadikan mental yang gigih maka ada kesinambungan antara pikiran dan hati manusia, yang saling bertukar untuk dijadikan objek dari diri mereka sendiri. Mental merupakan idiom dari propaganda jiwa manusia, yang dikembangkan oleh benturan-benturan kehidupan manusia itu sendiri.

Untuk memiliki mental yang gigih, maka kita harus mengalami penderitaan, bantingan, tragedi, air mata yang bertubi-tubi dalam hidup. Jika tidak? Maka mental kita akan dibentuk lembek dan mudah rewel, aturan singkat dari dasar ilmu mental ini adalah kehidupan kita sendiri. Bagaimana kita memahami penderitaan sebagai satu hal yang baik atau buruk? Kalau kita sering menganggap musibah adalah penderitaan, maka barang tentu kita akan menganggap penderitaan adalah bagian rumit dari perjalanan hidup.

Padahal kita bisa saja menganggap masalah dan musibah itu bagian dari aura baik Tuhan untuk kita. Tuhan tidak bakal menukar takdir dengan nasib, begitupun sebaliknya. 

Jadi menjalani kehidupan dengan mental yang kuat juga harus dilakukan dengan penderitaan-penderitaan tersebut. Kalau hanya meratapi kesedihan dengan pasrah, maka kita belum bisa memahami keindahan hidup itu sendiri. Kita harus terbiasa untuk mengatakan pada diri ini, sungguh biadap kebaikan dan sungguh mulia kejahatan! Dengan begitu hati kita akan tertukar untuk saling menjadi idiom penting dari hakikat hidup ini.

Mental kita pun akhirnya berhubungan dengan urusan hati. Hati itu hubungannya tentu dengan keikhlasan dan urusan renungan dari setiap perjalanan hidup. Hidup ini jika tanpa hati? maka menjadi hampa, hati itu ibarat ruang perasaan yang kapan saja bisa dibingkai dan dikaitkan dengan emosi. Bagaimana cara kita merasakan kebaikan dalam hati ini? 

Setiap penjahat pasti aslinya baik, tidak ada manusia yang terlahir jahat sejak dalam kelahiran. Proses itu yang menentukan, proses itu hubungannya dengan mental dan mental akan membentuk hati yang baik atau buruk ke depannya.

Hubungan antara mental dan hati bisa dikaitkan dengan hubungan antara musuh dan sahabat. Pada satu sisi semua akan menganggap jika sahabat harus lebih kita pikirkan, buat apa memikirkan musuh? Apa pentingnya buat kita? Kita buang-buang waktu saja dengan memikirkan mereka! Tapi justru ini terbalik, menurut jalannya kita harus memikirkan musuh kita dengan lebih banyak, daripada memikirkan sahabat yang mungkin tidak berguna bagi kita ke depannya.

Dengan memikirkan musuh lebih banyak, maka kita sudah siap untuk menerjang semua masalah dan tahu bagaimana menyikapi semua masalah itu dengan bijak. Musuh itu anggaplah seperti ilmu yang dimuliakan oleh Tuhan, agar kita bisa mengatasinya dan agar kita bisa mengambil hikmah dari setiap urusan masalah tersebut. Dengan memikirkan musuh terlebih dahulu, kita bisa paham mana baik dan buruk secara jelas dan gamblang, mana putih dan hitam, serta mana baik dan jahat secara jelas terang benderang. Di sinilah letak mental itu membentuk kebebasan berpikir dari setiap keinginan kita.

Asal kita tidak menjadi apatis, atau menjadi cuek tidak mau tahu segala urusan ini. Ingatlah, setiap urusan dan masalah itu akan kembali kepada kita sendiri. Hidup itu ya masalah itu sendiri, sejak kita dilahirkan dan sejak kita membuka mata disetiap pagi! Maka disitulah masalah sebetulnya sudah datang. Jangan menjadi mental tempe, mental yang rapuh dan mudah ngeluh! Betapa ruginya kalau kita menganggap urusan mental ini sangatlah tidak penting. 

Menjadikan urusan mental ini sebagai bagian tidak penting, akan berakibat jauh dengan pola pikir dan pandangan hidup kita sendiri. Dengan bahasa kasarnya, lihat anak-anak muda saat ini? Yang dengan mudah rapuh, dan dengan mudah diadu domba dengan urusan sepele. Kita tidak bisa menilai saat ini, itu benar! Tapi kita bisa memperkirakan semuanya sejak dini, sejak kita lahir dan terlahir dari urusan dunia serta urusan sepele tentang hidup ini. Sebab mental dan hati itu ibarat kayu dan api, yang mudah goyah dan mudah jatuh ke dalam persoalan yang sama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun