Poligami kerap menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat Indonesia. Bagi sebagian orang, ini adalah pilihan hidup yang sulit diterima, tetapi bagi sebagian lainnya---terutama para perempuan yang mengalaminya langsung---poligami bisa menjadi ruang ujian ikhlas yang paling dalam. Di balik perih, ada pula yang memilih jalan sabar, pasrah, dan tetap menjunjung tinggi nilai rumah tangga. Berikut kisah tujuh perempuan Indonesia yang memilih untuk ikhlas dalam menghadapi poligami.
1. Siti -- Yogyakarta: Memaafkan Demi Anak-anak
Siti telah menikah selama 15 tahun ketika suaminya meminta izin untuk menikah lagi. Di awal, hatinya hancur. Tapi ia menimbang kepentingan anak-anak dan keberlangsungan rumah tangga.
"Kalau saya memilih pergi, anak-anak akan kehilangan figur ayah. Saya pilih bertahan, bukan karena saya lemah, tapi karena cinta yang lebih besar untuk keluarga."
2. Dewi -- Jakarta: Cinta Tak Bisa Dipaksa
Dewi, perempuan karier sukses, tahu suaminya telah jatuh hati pada perempuan lain. Bukannya marah, ia memilih berbicara dari hati ke hati.
"Saya tidak mau rumah tangga dibangun di atas kebohongan. Jika poligami jalan terbaik, saya siap asalkan jujur dan adil."
3. Rohimah -- Jakarta: Ikhlas yang Teruji di Mata Publik
Istri pertama komedian Kiwil ini sempat menjadi simbol keikhlasan perempuan dalam poligami. Walau akhirnya memilih bercerai, proses panjang yang ia jalani menunjukkan kekuatan luar biasa.
"Ikhlas itu bukan berarti tidak sakit, tapi memilih untuk tidak membiarkan sakit itu menghancurkan."
4. Ummu -- Bandung: Istri Kedua yang Tunduk Pada Takdir