Mohon tunggu...
Helmi Abu Bakar elLangkawi
Helmi Abu Bakar elLangkawi Mohon Tunggu... Pengiat Sosial Kegamaan dan Esais di berbagai Media serta Pendidik di Lembaga Pendidikan Islam

Khairunnas Affa' linnas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Senyuman Abu MUDI Hingga Tgk T Wildan Alumni MUDI Samalanga Bersinar di Kampus Ternama Aceh Almasyriq

6 Agustus 2025   15:57 Diperbarui: 6 Agustus 2025   17:15 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dr Tgk Teuku Wildan, MAAlumni MUDI Samalanga dan Alumni UNISAI Samalanga (Dokrpri Faceebook)

Malam telah larut di Samalanga, namun lampu-lampu di kompleks Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga masih menyala. Lantunan ayat suci, suara diskusi kitab, dan langkah kaki para santri yang berpindah dari satu kelas ke kelas lain menjadi harmoni tersendiri di tanah yang telah lama menjadi rahim lahirnya cendekiawan dan ulama Aceh.Di salah satu sudut dayah inilah, sosok Tgk. T. Wildan mulai mengukir kisah. Baginya, MUDI bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi tanah subur tempat menanam nilai. Ia belajar pada para guru yang menanamkan filosofi bahwa pesantren adalah pabrik manusia, tempat adab dan akhlak dijunjung, dan setiap ilmu harus bermuara pada pengabdian untuk umat.

Dari riyadhah (latihan spiritual), hafalan matan, kajian turats, hingga kepekaan sosial, semuanya dipadukan dalam satu napas panjang pendidikan klasik. Pengalaman mondok ini membentuk Tgk. Wildan menjadi pribadi yang disiplin, berpikir kritis, namun tetap rendah hati---karakter yang kelak menjadi kunci sukses dalam perjalanan panjangnya di dunia akademik dan organisasi.

UNISAI: Integrasi Turats dan Akademik

Sejak menjadi santri, Tgk. Wildan tak hanya tekun menuntut ilmu di dayah, tetapi juga melanjutkan kuliah di STAI Al-Aziziyah (kini UNISAI) Samalanga sebagai bagian dari angkatan awal alumni kampus tersebut. Perjalanan intelektualnya pun terus menanjak. Saat dibuka lamaran di IAIN Langsa dia berusaha untuk mmebuktikan diri bahwa alumni dayah juga mampu berkiprah di lembaga resmi pemerinahan khususnya IAIN Langsa, akhirnya berkat doa guru, oarang tua dan keluarga Tgk. Wildan meniti karier sebagai ASN di IAIN Langsa. Di sana, ia dipercaya mengemban berbagai jabatan strategis, mulai dari pengelola jurnal ilmiah hingga Wakil Rektor. Menapak ke gerbang IAIN Langsa, Tgk. Wildan membawa spirit pesantren ke dalam dunia akademik. Ia tak sekadar mengejar gelar, tetapi ingin membuktikan bahwa ilmu klasik dan sains modern bisa berjalan beriringan. Di sinilah ia mematangkan metode berpikir ilmiah, membaca literatur kontemporer, dan mempelajari bagaimana membumikan Islam dalam era globalisasi.Kepiawaiannya dalam menggabungkan kekuatan sanad keilmuan dayah dengan logika ilmiah universitas membuatnya mudah diterima di berbagai forum diskusi.

 Ia kerap menjadi narasumber, menulis di jurnal, dan mengisi ruang-ruang dialog yang membahas isu pendidikan, manajemen, dan keislaman. Tak jarang, mahasiswa dan dosen lain menjadikan beliau sebagai rujukan dalam memahami keterpaduan antara ilmu pesantren dan tantangan kekinian. Pendidikan lanjut hingga jenjang magister dan doktoral ia lakoni dengan penuh kesungguhan. Ia memilih bidang manajemen dan pengelolaan pendidikan Islam, bidang yang kelak sangat dibutuhkan di dunia birokrasi kampus dan pengelolaan lembaga keislaman.

Meniti Karier Akademik: Dari Dosen, Birokrat, hingga Pemimpin Organisasi

Langkahnya membawanya ke IAIN Langsa---sebuah institusi yang perlahan bertransformasi menjadi Kampus Aceh Almasyriq, wajah baru pendidikan tinggi Islam di Aceh bagian timur. Di sinilah, Tgk. Wildan dipercaya memegang amanah sebagai Wakil Rektor II, membidangi Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan. Jabatan itu bukan sekadar titel administratif. Dalam setiap kebijakan, ia menanamkan semangat adab dan kejujuran pesantren. Semua dokumen, proposal, dan anggaran adalah amanah yang kelak harus dipertanggungjawabkan, bukan hanya di hadapan manusia, tapi di hadapan Allah.

Ia membawa tradisi musyawarah, menghargai pendapat bawahan, dan berani mengambil keputusan strategis demi kemajuan kampus. Sosoknya dikenal humanis dan tegas. Ia sering mengingatkan bawahannya, "Yang utama bukan sekadar laporan keuangan rapi, tapi akhlak pengelolanya juga harus mulia. Jika kampus hanya melahirkan sarjana, namun gagal membina karakter, berarti kita kehilangan ruh pendidikan Islam itu sendiri."

Tidak berhenti di ruang kuliah, Tgk. Wildan juga aktif mengabdikan diri di Nahdlatul Ulama. Ia kini dipercaya menjadi Ketua PCNU Kota Langsa. Perannya di NU bukan sekadar struktural, tapi penuh dedikasi. Ia menginisiasi berbagai program sosial, pembinaan majelis taklim, pelatihan kader, hingga pendampingan masyarakat akar rumput. Di tengah derasnya isu polarisasi dan radikalisme, ia berperan sebagai penyejuk, merajut ukhuwah, dan menghadirkan Islam moderat yang ramah. NU di tangannya bukan hanya organisasi besar, tapi juga wasilah pengabdian, membangun sinergi antara ulama, intelektual, dan masyarakat bawah.

Alumni MUDI: Pilar-Pilar Tak Terlihat di Balik Sukses Kampus Islam

Kiprah Tgk. Wildan di IAIN Langsa hanyalah salah satu cerita sukses alumni MUDI Samalanga di ranah pendidikan tinggi Aceh. Banyak nama lain, baik yang bergerak di lini birokrasi, dosen, hingga pembina keagamaan di kampus-kampus Islam negeri maupun swasta di seluruh Aceh. Yang menarik, peran alumni MUDI justru paling terasa ketika kampus-kampus baru berdiri atau bertransformasi. Sejarah kampus yang kini menjadi Universitas misalnya, tidak bisa dilepaskan dari kontribusi para guru dan alumni MUDI. Di era STAIN dan IAIN, banyak dari mereka yang menjadi pionir: menginisiasi pembukaan pascasarjana, menyiapkan kurikulum S1 dan S2, serta membidani program pendidikan jarak jauh.

Akan tetapi, seiring perubahan status menjadi UIN, dinamika berubah. Peran alumni MUDI dalam jajaran struktural---apalagi jabatan tinggi---kian surut. Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, sangat jarang terdengar alumni senior MUDI menempati jabatan strategis, padahal kualitas dan dedikasi mereka telah teruji sejak lama."Lucunya, banyak kiprah yang dilakukan tanpa pernah benar-benar diakui. Bahkan sekadar sapaan penghormatan pun sering absen, baik dari pimpinan kampus maupun dari lingkungan birokrasi sendiri," ungkap seorang alumni MUDI yang pernah terlibat langsung dalam pengembangan kampus ternama itu.

Ada ironi besar: kontribusi nyata justru sering dilupakan begitu saja, bahkan di saat jabatan penting diusulkan, alumni MUDI justru disodorkan ke posisi yang tidak sesuai dengan kapasitas mereka, atau bahkan tidak dipertimbangkan sama sekali. Beda dengan IAIN Langsa, yang justru membuka diri dan memberi ruang bagi alumni MUDI untuk menempati posisi penting.

Transformasi institusi pendidikan tinggi Islam, baik menjadi UIN maupun memperluas jejaring akademik, sering membawa euforia perubahan. Namun, dalam kasus kampus ternama Aceh itu, perubahan itu kadang terlalu asyik menoleh ke luar, sehingga melupakan kontribusi para pelaku yang telah menanam pondasi sejak awal.

Fenomena ini tidak hanya dirasakan alumni MUDI, tetapi juga pesantren-pesantren lain di Aceh. Banyak yang berharap perubahan status membawa angin segar kolaborasi, bukan sekadar simbol modernitas. Sebab, tradisi keilmuan dayah adalah bagian otentik dari DNA pendidikan Islam Aceh. Jika akar ini tercerabut, kampus Islam akan kehilangan karakter dan daya saingnya.

"Bukan soal jabatan semata, tapi soal penghargaan pada tradisi. Jangan biarkan pesantren hanya menjadi catatan kaki dalam sejarah kampus yang dulu mereka bangun bersama," tambah seorang pengamat pendidikan.

Media, Opini, dan Dakwah Digital: Jalan Baru Alumni MUDI

Kisah Tgk. Wildan di IAIN Langsa memperlihatkan model kepemimpinan yang humanis, berbasis nilai, dan tidak alergi terhadap tradisi. Dalam setiap rapat, ia selalu memulai dengan salam dan doa, melibatkan semua pihak, dan mengedepankan transparansi. Keputusan-keputusan penting didiskusikan secara terbuka, dan evaluasi dilakukan secara berkala dengan standar objektif namun tetap beradab. Dibandingkan dengan suasana di kampus lain yang terlalu birokratis dan kaku, atmosfer ini membawa angin segar. Pegawai, dosen, bahkan mahasiswa merasa dihargai dan dilibatkan. Model kepemimpinan seperti ini bukan hanya meningkatkan kinerja, tetapi juga menumbuhkan rasa memiliki yang tinggi terhadap institusi.

Bukan rahasia lagi, alumni MUDI juga kini tampil di panggung dakwah digital. Tgk. Wildan, misalnya, aktif menulis opini dan artikel di berbagai media cetak dan daring. Tema yang ia angkat mulai dari pentingnya adab dalam pendidikan Islam, urgensi moderasi beragama, hingga tantangan pengelolaan kampus berbasis nilai.Artikel dan tulisannya menjadi inspirasi bagi generasi muda. Banyak alumni dan santri dayah kini terdorong menulis, membagikan gagasan lewat blog, media sosial, dan video dakwah yang ramah dan mencerahkan."Jangan biarkan panggung digital hanya diisi oleh narasi radikal atau dangkal. Santri dan alumni dayah harus tampil dengan konten yang mendidik, membangun akhlak, dan merangkul semua golongan," ujar Tgk. Wildan dalam salah satu pelatihan media di Langsa.

Satu pesan utama yang terus digaungkan Tgk. Wildan adalah: santri bisa, santri layak pimpin! Pengalaman hidupnya menjadi bukti konkret bahwa santri, jika dibekali keterampilan modern dan keberanian mengambil peran, bisa menembus batas-batas birokrasi dan dunia akademik yang selama ini dianggap eksklusif.Banyak mahasiswa dan santri yang awalnya minder, kini bangga membawa identitas dayah ke ruang publik. Mereka semakin percaya diri menembus kompetisi nasional, bahkan internasional. Keberhasilan alumni MUDI seperti Tgk. Wildan menjadi role model yang membakar semangat, menegaskan bahwa daya saing global bisa dicapai tanpa kehilangan identitas lokal.

Tradisi, Transformasi, dan Harapan Masa Depan

Kisah perjalanan alumni MUDI Samalanga di kampus Islam Aceh adalah kisah tentang kegigihan, pengorbanan, dan ironi. Ia menegaskan pentingnya pengakuan terhadap kontribusi tradisi, sekaligus membangun kesadaran agar transformasi institusi tidak mengubur akar sejarah.Dari sisi personal, Tgk. Wildan telah menunjukkan bagaimana sintesa antara pesantren dan dunia akademik bisa membuahkan perubahan nyata---bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk lembaga dan masyarakat luas. Ia menegaskan bahwa perubahan sejati adalah yang berakar pada nilai, bukan sekadar pada struktur."Pesantren dan kampus tidak harus saling meniadakan. Keduanya adalah sayap yang harus dikembangkan bersama. Dari pesantren kita dapat adab, dari kampus kita dapat metodologi. Jika keduanya bersatu, peradaban Islam akan kembali bersinar," tegasnya dalam satu forum akademik di IAIN Langsa.

Kini, dari lorong-lorong sunyi MUDI Samalanga, cahaya itu merambat jauh ke timur Aceh, ke Kampus IAIN Langsa Aceh Almasyriq. Namun, tak boleh dilupakan, cahaya yang sama pernah menerangi koridor-koridor UIN Sultanah Nahrasiyah, meski kini terkesan meredup di balik riuhnya modernisasi. Dan membuka lebar kesempatan bagi alumni dayah untuk membuktikan kualitasnya.

Dari Samalanga, lahir generasi pemimpin yang jujur, beradab, dan punya daya saing. Semoga sinergi antara dayah dan kampus terus terjalin, hingga Aceh dan Indonesia memperoleh berkah dari ilmu yang beradab, kepemimpinan yang amanah, dan transformasi yang membumi pada tradisi.

Senyuman Sang Mursyid dan Filosofi Beut Seumeubeut: Ruh Spiritualitas dalam Kiprah Alumni

Di tengah riuhnya perubahan zaman dan hiruk pikuk dunia birokrasi, ada satu pesan yang tak pernah lekang dari ingatan para alumni MUDI Samalanga: beut seumeubeut. Pesan sederhana namun penuh makna ini selalu diulang oleh Abu MUDI---sang mursyid, pencerah jiwa, dan penanam nilai bagi ribuan santri.Abu MUDI, atau yang akrab dipanggil Abon Aziz Samalanga, adalah guru sekaligus figur spiritual yang menjadi poros utama kehidupan dayah. Senyum beliau yang tenang, petuahnya yang mendalam, dan keikhlasannya dalam membina para santri selalu menghadirkan keteduhan.

Ketika mendengar kabar kesuksesan alumni di berbagai medan pengabdian, beliau tak pernah luput menampakkan rona bahagia dan rasa syukur. Namun, senyum itu selalu disertai nasihat: jangan lupa beut seumeubeut---jangan pernah melupakan akar, tradisi, dan amanah keilmuan yang telah diwariskan. Bagi Tgk. T. Wildan, pesan ini bukan sekadar petuah normatif, tetapi menjadi kompas moral yang menuntun setiap langkahnya. Meski kini menjabat sebagai Wakil Rektor II IAIN Langsa dan Ketua PCNU Kota Langsa, ia tetap memegang teguh wasiat Abon Aziz dan pesan Abu MUDI. Ia menyadari, jabatan dunia hanyalah sarana pengabdian; inti utamanya adalah menjaga nilai, menjadi penerus risalah, dan menebarkan manfaat bagi umat.

Lebih dari itu, Tgk. Wildan juga aktif di dunia dayah sebagai Ketua Umum Raudhatun Najah, sebuah lembaga pendidikan Islam yang tumbuh di Gampong Sukarejo, Kecamatan Langsa Timur, Kota Langsa. Di bawah kepemimpinannya, Raudhatun Najah bukan hanya menjadi tempat belajar agama, tetapi juga pusat pembinaan adab, karakter, dan kepemimpinan generasi muda. Dalam banyak kesempatan, Tgk. Wildan selalu mengingatkan bahwa beut seumeubeut adalah prinsip yang membuat alumni MUDI tetap bersinar, meski jauh dari kampung halaman. "Dayah adalah rumah ilmu dan adab, tempat kita belajar mencintai kebenaran dan menjaga amanah," ujarnya di hadapan para santri Raudhatun Najah.

Beut Seumeubeut: Jembatan Ruhani dan Sosial

Tradisi beut seumeubeut bukan hanya ritual keilmuan, melainkan mekanisme sosial dan spiritual yang menjadi identitas pesantren Aceh. Melalui beut---pengajian intensif, musyawarah, dan konsultasi spiritual---santri tidak hanya belajar ilmu agama, tapi juga nilai kebersamaan, etika bertanya, dan kerendahan hati di hadapan guru.Pesan Abu MUDI agar alumni "beut seumeubeut" adalah agar mereka tetap terhubung dengan sumber ilmu, tidak sombong ketika meraih jabatan, dan tidak melupakan guru serta sesama alumni. Nilai inilah yang menjadikan alumni MUDI di mana pun berada tetap membumi, rendah hati, namun kokoh dalam prinsip. Tgk. T. Wildan adalah contoh nyata alumni yang menjalankan pesan ini dengan konsisten.

Dalam dunia birokrasi kampus yang penuh tekanan, ia tetap menjadikan nilai-nilai dayah sebagai fondasi pengambilan keputusan. Dalam kapasitasnya di NU, ia selalu mempromosikan sinergi antara ulama, cendekiawan, dan aktivis sosial, agar dakwah tak sekadar formalitas tetapi menembus jantung masyarakat.Sebagai Ketua Umum Raudhatun Najah, ia menghadirkan beut seumeubeut dalam setiap aspek pengelolaan dayah: menghidupkan diskusi kitab klasik, mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan persoalan, dan menanamkan adab sebagai prioritas utama. Ia membangun jembatan antara tradisi lama dan dinamika modern, tanpa kehilangan esensi spiritualitas dan keilmuan.

Setiap kali alumni MUDI meraih sukses, Abu MUDI selalu tersenyum bahagia. Namun, di balik senyum itu ada doa, harapan, dan pesan agar beut seumeubeut tak pernah dilupakan. Kisah Tgk. T. Wildan dan para alumni lain adalah bukti nyata bahwa keberhasilan di dunia harus disertai loyalitas pada akar dan warisan keilmuan.Dari lorong MUDI hingga kampus, dari beut seumeubeut hingga birokrasi, dari dayah hingga ranah publik---semua adalah rangkaian perjalanan yang bersumber pada satu mata air: cinta pada ilmu, adab kepada guru, dan setia pada tradisi. Inilah rahasia mengapa alumni MUDI selalu punya kekuatan batin, daya tahan menghadapi tantangan, dan kemampuan beradaptasi tanpa kehilangan jati diri.Inilah ruh MUDI Samalanga yang terus berdenyut di nadi pendidikan, organisasi, dan masyarakat Aceh.Pesan Abu dan filosofi beut seumeubeut selalu menjadi azimat bagi para alumni untuk tetap rendah hati, setia pada amanah, dan berkhidmah sepenuh hati---di mana pun mereka berada. Lantas bagaimana dengan alumni MUDI Samalanga lainnya? semoga berkah dan sukses selalu.. 

Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

Negeri Japakeh, 15 Agustus 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun