"Indonesia, tanah air beta... Pusaka abadi nan jaya... Indonesia sejak dulu kala, slalu dipuja-puja bangsa...
Disana tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda, tempat berlindung di hari tua, tempat akhir menutup mata..."
Indonesia Tanah Air Beta berkumandang di winamp PC ku. Ada biru yang menyeruak di hati ini, mengalir pelan mengikuti aliran darah, roma ku bergidik. Aku rindu. 23 tahun tanah ini memberiku kehidupan, memberiku makan, pendidikan. Sekarang, aku duduk disini sebagai seorang abdi negara, pegawai negeri sipil. Saatnya waktuku untuk memberi bagi bangsa ini.
Kulayangkan pandangan ke luar melalui jendela ruang kerjaku, pikiranku terbang ke tahun 1994, saat usiaku 6 tahun. Ketika itu hari pertama aku masuk sekolah. Hari itu senin, hari upacara bendera dilaksanakan disetiap sekolah dasar. Kami anak baru bingung harus melakukan apa, begitupun aku. Ini upacara bendera ku yang pertama. Setelah diatur para guru mengatur barisan kami, kami siap mengikuti upacara pagi ini.
"Kepada Sang Saka Merah Putih, hormat......grak.....," Seluruh peserta upacara mengangkat tangan menghormati Sang Saka Merah Putih, lagu Indonesia Raya berkumandang. Aku dengan sikap hormat yang belum sempurna menyaksikan Merah Putih naik perlahan menuju puncak yang tinggi, "Tega....grak....," Merah Putih bertahta agung di puncak. Angin bertiup, seolah tau Sang Saka telah sampai di singgasananya. Merah Putih berkibar dengan gagahnya, aku tersenyum bangga. Indah betul ternyata bendera bangsaku berkibar tertiup angin. Mulai saat itu, aku selalu mendongak ke tiang bendera jika angin berhembus agak kuat, ingin menyaksikan Dwi Warna berkibar.
Tak terasa, aku menginjak masa SMA. Masih aku temui kebanggaanku, kebanggaan bangsaku, Sang Merah Putih. Disini semakin sering aku bergelut dengan bendera karena aku bergabung dengan pramuka. Setiap apel kegiatan pramuka, aku selalu berharap menjadi petugas menaikkan bendera, begitu bangga rasanya menarik ujung bendera, membentangkannya, dan berseru..."Bendera siap...." Aku sangat bangga.
Suatu waktu, pramuka sekolah ku mengadakan pelantikan untuk anggota pramuka baru sepertiku, setiap kami wajib mengikutinya karena adalah salah satu syarat agar bisa mengenakan kacu yang terbuat dari kain berwarna merah putih, persis seperti bendera. Malam itu, kami di didik dan di jelaskan apa sebenarnya makna hakiki dari Merah putih. Penjelasan demi penjelasan, cerita-cerita patriotisme untuk mempertahankan Merah putih membuatku merinding. Semakin aku mencintai bangsa ini.
03.00 WIB, dini hari
Kami semua dibangunkan dari tidur lelap. Diperintahkan untuk berbaris di sebuah lapangan sepak bola. Setelah barisan rapi, aku melihat bendera merah putih ada di depan kami, di atas sebuah tongkat dengan panjang sekitar 2 meter.
Seorang senior memecah kesunyian, "Adik-adik, malam ini adalah malam yang tak akan kalian lupakan seumur hidup kalian jika malam ini kalian menghadirkan hati disini. Di depan kita, merah putih telah menunggu kalian mengucapkan janji setia padanya. Nanti, secara bergilir mendekatlah ke bendera itu, cium, hirup aromanya dalam-dalam, penuhi dada kalian dengan aromanya, lalu ucapakan janji setia kalian padanya, pada merah putih, pada Indonesia. Adik-adik, lakukanlah dengan hati."