Sering kali kita mendengar petuah berusalah sekuat tenagamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan beribadalah dengan tekun seolah-olah kita akan mati besok. Sebuah petuah yang menyarankan kita untuk hidup seimbang antara kebutuhan dunia dan akhirat.Â
Ada dua perkara yang sering alami tetapi tanpa sadar kita lakukan dan berulang-ulang. Â Satu perbuatan yang sangat dekat dengan kita tetapi terasa jauh banget dari kita yaitu menggunjing atau ghibah. Seringkali kita menceritakan keburukan orang lain seakan-akan kita yang paling tahu pribadi dia dan kita yang paling benar, Â padahal dia tidak punya salah dengan kita. Kita menghakimi sedemikian rupa seperti seorang hakim, padahal seringkali kita melakukan kesalahan dan berbuat dosa. Tetapi kita seperti tidak melihat kesalahan kita, Â orang lain selalu salah dimata kita.Â
Namun ada satu perkara yang paling dekat bahkan sangat dekat dengan kita namun seringkali kita tidak menyadarinya. Kita masih sombong dengan kekayaan, ketampanan, kecantikan, jabatan dan kekuasaan. Padahal kalau dia datang tak satupun yang bisa menghindari entah itu presiden, ulama, pejabat ataupun orang biasa. Dan kita juga tak bisa menghalanginya walau kita sembunyi dimana, di gunung, gua, Â almari atau dimanapun. Kita tak bisa menyuapnya dengan harta dan kekuasaan kita.Â
Kematian adalah satu perkara yang paling dekat dengan kita, Â bisa datang kapan saja dan dimana saja. Semalam kita bercanda ria tahu-tahu besok sudah tiada. Sungguh ini kekuasaan Allah yang tak bisa kita tolak, dan tak bisa hindari. Selagi kita masih diberi kesempatan, Â selagi masih ada umur panjang, Â mari kita isi dengan kebajikan dan menjalankan perintah Nya. Karena kita tidak tahu kapan akan datang kematian menghampiri kita. (KBC54|Kompasianer Brebes Jateng|)