Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Rumit yang Kumat Lagi

10 Januari 2023   18:57 Diperbarui: 10 Januari 2023   19:04 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertandingan leg 2 babak semi final Piala AFF 2022  ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/tom. Sumber kompas.com

Menyaksikan pertandingan harapan Indonesia menghadapi Vietnam leg-2 AFF  adalah seperti perjalanan ke titik nol. Timnas yang rumit ini kembali kumat. Laga yang diharapkan bisa menjadikan Vietnam mengalami tragedi Hanoi kedua hanyalah utopia. Kalah dua gol itu menyakitkan dan kalah segala-galanya adalah menyedihkan.

Timnas yang telah mengharu biru dalam perjalanan panjang terlihat jalan di tempat, timnas yang complicated dengan kemenangan 7 gol dari Brunei, menahan Thailand, menjalani permainan puncak yang mencengangkan dengan touch of football yang menggiurkan, memegang percaya diri tinggi dan mental kuat,  dan pada akhirnya menguras harapan. 

Sekonyong-konyong berubah menjadi sebuah skuad yang tidak berdaya, tidak percaya diri, mental runtuh, permainan bola jatuh ke level standard dari yang semestinya. Begitu yang tergambar dari hasil pertandingan hidup-mati di semi AFF melawan Vietnam kemarin.

Timnas kita memang tidak pernah punya benchmark, demikian rentan, naik-turunnya begitu ekstrim, kadang hebat sehebat-hebatnya lalu jatuh segombreng-gombrengnya, tidak pernah stabil.
Kemarin main amazing, hari ini main bosok. Timnas lalu  menjadi seperti cuaca yang tidak bisa ditebak, bisa cerah lalu tiba-tiba badai. 

Timnas bergerak dengan pola kutub puncak dan kutub dasar yang membuat potensialnya menjadi ekstrim, mungkin diperlukan penangan intensif secara psikologis terutama dalam gangguan dua kutub (bipolar). Ada baiknya team konsultasi psikologi PSSI lebih berperan menangani masalah timnas dengan mengamati perubahan ekstrim dari hipomania terjun ke depresi ini.

Anda bisa saksikan betapa indahnya Garuda membuat Vietnam salah tingkah pada leg-1 meskipun skor kacamata. Permainan timnas saat itu menggiurkan dengan ketepatan longball, throughpass dan bola kaki ke kaki dari aplikasi rondo ball dan pertahanan yang ketat gabungan dari paduan area blocking dan man marking yang tegas. Namun pada leg kedua di lapangan rumput tuan rumah Hanoi yang menjadi kambing hitam, permainan kita sangat tidak layak, bukan saja enggak bagus tapi getir.

Tumnas pun kembali menjadi rumit dibawah gempuran anak-anak Hanoi yang memainkan sepakbola sederhana. Terlihat dari goal yang terjadi,  adalah dua gol mudah dan mendasar kerap terjadi dalam skuad Garuda. Sangat basic dan ini kolektif dan yang kolektif itu adalah prosentase besar dari tanggung jawab pelatih.

Belakang Indonesia selalu terlalu renggang  dan empuk untuk umpan long ball, begitu yang nampak saat terjadinya gol kesatu. Sedang gol kedua lolosnya striker independen Tien Linh di tengah kerumunan pemain Garuda, padahal saat tendangan pojok posisi berada 9 v 4, artinya 9 orang Indonesai dan hanya 4 orang Vietnam. 

Metoda set piece area kotak seperti tidak dipahami pemain kita, menjaga set piece corner kick itu bukan area blocking lagi tetapi menjaga atau menempel orang, kerna bola tendangan penjuru bisa mengarah kemanapun, bisa ke orang atau ke area kosong, jadi di setiap menghadapi tendangan penjuru di bumi ini yang di marking itu orangnya.

Gol juga lahir di menit awal babak. Memang terlihat sejak menit pertama sudah dibaca oleh pelatih Hanoi Mr. Park bahwa umpan ke punggung garis bek kita di barengi sprint adalah strategi jitu dan merupakan hal yang mudah like a piece of cake. Bahwa barisan pertahanan kaku Garuda sering berada dalam out of position, jadi tidak memiliki kedalaman apalagi fleksibilitas untuk bisa memerankan orang terdekat lawan sebagai stopper.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun