Harus juga jujur dilihat dari catatan jejak Mourinho di Tottenham Spurs, bahwa sebenarnya pada bulan-bulan awal, Tottenham Hotspurs memulai musim dengan gemilang hingga Desember 2019 berada di puncak sementara Liga Primer sebelum melorot ke posisi 7, apalagi setelah belanja pemain jangkar Pierre-Emile Hojbjerg, Spurs menjadi skuad yang 'on the track' dengan harapan di awal sebagai pemuncak PL.Â
Lalu perjalanan di piala FA yang menjanjikan hingga akhirnya disingkirkan di perempat final oleh Everton, kemudian berlanjut dengan kekalahan menyakitkan di final Liga Eropa setelah kalah dari Dinamo Zagreb dengan agregat 3-2, padahal di leg pertama menang 2-0, dan yang terakhir yang bakal terlewatkan Jose adalah final Carabao Cup, Spurs akan menghadapi Manchester City pada 25 April mendatang.
Apakah seorang Jose Mourinho akan meredup? Mungkin di Liga Premier dia akan memperoleh masa sulit, namun daya pikatnya tak pernah pudar, sosok yang memiliki rekor luar biasa dengan manajerial di jaman sepakbola modern adalah pencapaian yang langka portofolio seorang pelatih. Baik atau buruk, atmosfer liga yang ditinggalkan Jose akan kehilangan semaraknya.
Namun Mourinho tetaplah Mou, di dalam keras kepalanya, sepak bola adalah spesial, sama halnya dengan  dia yang adalah tetap menjadi 'The Special One', kali ini dia hanya perlu sedikit kembali 'on track' yang dulu, dengan membuang kelebihan sepakbola negatif dan kehati-hatian.
"Pelatih yang sama, pemain yang berbeda" jawabnya.