Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jose Mourinho Tetap Spesial, Dia Hanya Perlu "Break"

20 April 2021   06:06 Diperbarui: 20 April 2021   06:15 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jose Mourinho. AP/Dave Thompson. Sumber Tempo.Co

Pada suatu kisah tahun 2004 di Stamford Bridge seorang lelaki tampan pertama, dikelilingi 'British Soccer Press' yang tajam,yang mempertanyakannya.
"Apakah Anda siap untuk Liga Primer?"
"Apa? Saya baru saja memenangkan CL dan Anda berpikir saya bukan siapa-siapa? Saya bukan salah satu dari botol. "I am 'a' Special One"!

Media Inggris pun heboh, oleh jawaban lelaki Portugis Jose Mourinho itu, seorang manajer yang bukan di antara nama-nama terkenal pada saat itu, meskipun bintangnya naik setelah membawa tim underdog FC Porto meraih gelar Liga Champions musim 2003-2004.

Lalu semenjak itu mantra 'yang istimewa', 'The Special One' itu telah melekat pada dirinya selama bertahun-tahun, setelah terbukti dari kecakapan taktis dan keterampilan manajerialnya yang sangat baik. Memulai perdana sebagai manajer Chelsea, moniker 'Special One' menjadi lebih valid saat masa-masa suksesnya dengan menjadi pelatih klub yang paling sarat trofi itu.

Sampai kabar terakhir kemarin, sang istimewa dipecat di hampir penghujung hajatan LP oleh klubnya Totenham Hotspurs seiring jebloknya prestasi klub, terlebih dalam dua laga terakhir kalah 1-3 melawan MU dan hanya imbang 2-2 melawan Everton. Yang lebih enggak enaknya mayarakat sepakbola dunia mulai mempertanyakan gelar spesialnya sudah luntur. Yang semula ditanggung tidak luntur menjadi luntur tidak ditanggung. Catatan sebagai pelatih pemegang  rekor 3x Liga Primer dan 2x Liga Champions, hilang seperti fatamorgana. Apakah demikian? Tidak semudah itu Ferguso!

Jose adalah salah satu dari pelatih berkarakter kuat yang pernah ada, seorang juru taktik yang detil dan rumit. Dia sangat mudah mengenal kelebihan dan kekurangan pemain lawan-lawannya begitu dekat, sehingga dengan sedikit licik dia akan memanfaatkan titik kelemahan itu. Cepat membaca permainan dan merubah strategi yang diperlukan. Dia juga disegani oleh pelatih hebat lain seperti Pep Guardiola.

Karismatik, sarkastik, dan sedikit sentuhan jenius, adalah tiga perangainya yang cukup mencuat, dengan komentar-komentarnya yang nyeleneh dan cukup kocak.
Seperti gol penalti Arsenal oleh Lacazette, setelah Sanchez dinyatakan melakukan pelanggaran setelah analisis VAR. Jose menyebutnya begitu kacau, dengan mengatakan penalti itu sendiri adalah "Pelanggaran Penalti"
"Saya tidak ingin menyebutnya penalti karena itu pelanggaran penalti. Jika seseorang memiliki pendapat berbeda, itu harus menjadi salah satu penggemar Arsenal dengan tiket musiman; itu adalah satu-satunya yang saya terima karena itu adalah hasrat berbicara".

Jika balik lagi ke Spurs, Mourinho bukan manajer kaleng-kaleng atau seperti ucapannya pertama di Stamford, 'bukan salah satu yang dari botol', dengan debut yang dimulai di November 2019 menggantikan 'Poch' (Mauricio Pochettino). Dan anda tahu kan? Bahwa Poch juga bukan pelatih sembarangan yang saat ini sedang memimpin Mbappe, Neymar dan Di Maria bersama PSG ke semi final CL 2021. 

Meski kurang berkenan di mata fans, tentu saja Manajemen Spurs sangat tau bahwa kedua pelatih ini memiliki gaya melatih yang mirip, terlebih dalam detil, membagi lapangan menjadi empat zona, dan merayapi tiap baris ruang dengan cara merenggangkan lawan menggunakan dua wing back ke depan. Sekaligus memberikan 'overload' pemain bertahan lawan dengan menahan gelandang dan penyerang luar  di bawah wing back mereka sehingga membuat 3V2.  

Hanya Poch lebih rapih dengan polesan gaya Argentina, mereformasi 4-3-3 menjadi 4-2-3-1, dan membentuk segi empat ajaibnya yang nyaman menguasai tengah yang dibentuk oleh dua center-back dan dua gelandangnya, sementara full-back bebas terbang ke depan. Sedang Mou, lebih pragmatis dan ekspresif dengan menambah improvisasi keras penyerangan cepat dan pertahanan rapat. 

Banyak taktik dan banyak ulasan yang ditulis, tapi 'overall' baik Pochettino maupun Mourinho adalah manajer impian Tottenham Spurs, mungkin ya, ini mungkin, mereka memliki pasukan yang terkadang kurang intensitas atau lesu darah atau 'hiding' seperti beberapa pemain yang sudah berkelas untuk bermain aman. Terdengar juga dibalik kisah bahwa Pochettino, oleh para pemain dijuluki 'Big Brother' sedang Mourinho dipanggil 'Boss'.

Jelas faktor tim yang dengan kata lain faktor uud, ujung-ujungnya duit dari klub, cukup signifikan  berpengaruh terhadap prestasi tim. Ini terlihat sekarang PSG yang dilatih oleh manajer pecatan Spurs, Mauricio Pochettino terlihat kelasnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun