Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Saat Messi Menghapus Masa Lalu Solskjaer?

17 April 2019   14:57 Diperbarui: 17 April 2019   15:07 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika pertandingan MU vs BAR di Liga Champion 2019 usai, pelatih MU Solskjaer berucap "akan dilakukan rebuilding job untuk team MU". Kalah dari Barcelona tanpa balas dengan agregat 4-0, memang menyakitkan untuk team sekelas MU. Namun yang lebih menyakitkan adalah permainan yang ditampilkan MU begitu inferior, kalah disemua lini, kalah sebelum bertanding, kalahlah segalanya.

Dari total waktu 180 menit home and away, tidak ada perubahan yang terjadi di skuad MU, sepertinya mereka sudah menyerah pada takdir bahwa tiki taka adalah semacam sampar yang tak bisa dilawan. Mengherankan? Kayaknya enggak juga.

Dalam perjalanan Solskjaer dari pelatih percobaan sampai  diangkat menjadi pelatih tetap, terlihat pola kepelatihannya inclusif  dan tak lazim, presentasi akomodasi ke tipe dan talenta tiap individu pemain yang terlalu besar, sehingga meskipun kemenangan serialnya di lokal EPL itu hanya karena pemain merasa nyaman dan berkembang maksimal, namun secara ketaatan taktik mereka sebenarnya rapuh.  Manakala harus berhadapan dengan Barcelona dengan taktik bermain yang eksplisit, pasukan MU bingung kehilangan elan. Yaitulah, Solskjaer yang adalah seorang demokrat, padahal untuk menghadapi kesebelasan interlokal seperti Barca diperlukan manajer seperti Ferguson atau Mourinho yang otoriter.  

Terlihat mata, ketika leg away MU berlangsung, meski penyerang Coutinho adalah bintang Barcelona, namun Messi lah penggiling MU, dengan speed, pandangan 3D-nya dan gerakan lesatnya, dia menyalakan tiki taka dan sepakbola kedut Barca keseluruh jiwa rakyatnya. Jadilah setiap posesif menjadi gelombang virus yang memnempatkan keputusasaan MU, sehingga nampak sejak awal bola ditendang, pertandingan sudah jomplang, karena MU merupa menjadi kesebelasan tidak terkenal, inferior dan beda kelas.

Diawali dari lambaian tangan maaf  Ashley Young saat kehilangan bola hanya karena dipressure oleh Rakitic , membuat Messi merebut dan meceplos goal pertamanya. Gol kedua juga giliran Fred yang bingung dan meloloskan Messi  mebuat gol kedua dalam empat menit kemudian.

Setelah itu hanya Messi yang terlihat dipusat pertunjukan, dan goal gol Barca hanya menunggu waktu.

Beruntung Barca hanya menambah satu gol dari sepak lengkung  si kurus Coutinho yang berwajah beku.

Beberapa yang harusnya dipelajari dari Real Madrid sebagai bebuyutan Barcelona rupanya tidak masuk kedalam skrip Solskjaer yang masih terlalu lokal. Seperti UNBK ada kisi kisi nya begitu pula cara menaklukan tiki taka dari sumber yang bisa dipercaya, yaitu:

Matikan ruang gerak Messi dangan menempel ketat. Mungkin Marcos Rojo pemain belakang  agresif dan emosional bisa sebagai bulldog untuk Messi.

Harus ada midfilder yang klasik, seperti Paul ince atau Juan Mata. Sekarang Paul Pogba, Rodrigues. Harrera dan McTominay  kerap terlalu bernafsu, sehingga overrun yang berakibat  tiki taka Barca di lapangan tengah tumbuh subur.

Harus punya atau menyiapkan penyerang kejam didepan, sayang Snachez ada masalah cidera. Sehingga yang tampil Martial, Rasford dan Lukaku, penyerang pernyerang sopan dan ewuh pakewuh. Padahal bukankah Solskjaer adalah the baby face assassin? Sikejam bermuka orok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun