Mohon tunggu...
putri amalia arnanda
putri amalia arnanda Mohon Tunggu... Lainnya - .

-

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Tradisi Slametan Megengan dan Nyadran untuk Menyambut Bulan Ramadhan di Ngunut

31 Maret 2022   10:39 Diperbarui: 31 Maret 2022   17:06 1741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

Untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan masyarakat dipulau jawa tepatnya dikotaku yaitu Kota Tulungagung biasanya mengadakan kegiatan "Slametan Megengan" yang ditujukan untuk memohon kepada Allah agar diberi kekuatan lahir dan batin dalam menghadapi dan melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan.

Selain itu Megengan juka ditujukan untuk mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia. Megengan sendiri berasal dari kata "Megeng" yang artinya menahan. Menahan disini berarti menahan diri dari hawa nafsu yang berkaitan dengan makan, minum, berhubungan seksual, dan lain sebagainya. Megengan juga diwarnai dengan tradisi untuk mengungkapkan rasa syukur dengan cara membagi-bagikan makanan kepana sanak tetangga.

Tradisi Megengan ini biasanya dilaksanakan ketika sudah memasuki bulan syaban sampai menjelang puasa.

Masyarakat desa biasanya melakukan tradisi ini dengan berupa kenduri dan membagikan berkat kepada tetangga sekitar, atau ada juga yang melaksanakan megengan dengan cara berbarengan dalam satu masjid. Megengan diduga diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Namun sampai sekarang masih belum ada bukti konkrit yang menunjukkan hal tersebut. Namun dugaan ini cukup kuat, pasalnya kreasi-kreasi yang menyangkut tradisi akulturasi antara islam dan pulau jawa sering berasal dari Sunan Kalijaga.

Isi dari berkat Megengan  sendiri yaitu  berisi nasi, ayam, serundeng, kacang, apem, ketan, tebu, pisang raja dan kolak pisang. Kue berbahan dasar tepung beras ini menjadi kue wajib dalam penyelenggaraan Megengan. Kue Apem sendiri berbentuk bulat pipih yang ketika memasaknya menggunakan cetakan khusus. Tidak sembarang orang bisa memasak Kue Apem ini, karena untuk memasaknya harus membutuhkan kesabaran karena harus menggunakan api yang kecil untuk menghasilkan Apem yang matang dengan sempurna. Nama Apem berasal dari kata "Afwan" yang artinya permohonan maaf atau ampunan. Dengan adanya Kue Apem disini diharapkan agar bisa memberi maaf atas kesalahan-kesalahan orang lain. Atau bisa juga dimaknai sebagai manusia yang memohon ampun.

Kue apem dan pisang raja nantinya jika digabungkan akan membentuk payung. Kue apem sebagai bagian atap payung dan pisang raja sebagai tangkainya atau gagang dari payung. Payung sendiri melambangkan perlindungan dari segala rintangan dan halangan selama menjalankan ibadah puasa.

Ketan sendiri bisa diartikan sebagai "Kraketan" atau bisa diartikan dengan merepatkan ikatan. Ketan diartikan sebagai simbol perekat tali persaudaraan antar sesama manusia. Nama ketan juga berasal dari kata "Kemutan" yang dalam bahasa jawa bisa diartikan sebagai teringat. Hal ini bisa diartikan sebagai simbol perenungan atas kesalahan dan dosa yang pernah ia perbuat selama ini. Ada pula yang mengatakan, nama ketan diambil dari bahasa arab yaitu "Khatam" yang artinya tamat. Tamat disini menyimbolkan umat nabi yang terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Ada juga yang mempercayai nama ketan diambil dari bahasa arab yaitu "Khotam" yang artinya adalah kesalahan.

Kolak merupakan sajian manis yang isinya biasanya ubi dan pisang yang direbus dengan kuah santan dan gula merah. Namun pada sajian megengan ini kuah dari kolaknya akan sedikit kental atau hampir asat. Dan rasanya lebih manis dan legit dengan sedikit santan yang tersisa. Nama Kolak berasal dari bahasa arab yaitu " Khalaqa" yang artinya menciptakan. Atatu bisa juga dari kata "Khaliq" yang artinya adalah sang pencipta. Kolak disini memiliki simbol sebagai harapan dari sang pembuat agar selalu ingat kepada sang pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Tradisi Megengan ini biasanya digelar di masjid atau dilanggar setempat. Setiap warga yang tinggal disekitar masjid di harapkan untuk membawa nasi berkat untuk dinikmati bersama disana. Sebelum kue apem dan sego berkat dimakan bersama, warga yang hadir biasanya membaca tahlil dan berdoa untuk memohon ampun terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan tujuan megengan itu sendiri yaitu agar manusia disucikan secara lahir dan batin atas segala dosa yang telah mereka perbuat selama ini. Dengan begitu, warga bisa tenang dalam menjalani ibadah dibulan suci Ramadhan. Namun selama masa pandemic ini, masyarakat memodifikasi tradisi megengan guna mencegah penyebaran virus corona. Salah satu bentuk pencegahanya yaitu mereka melakukan megengan dirumah masing-masing. Dan nantinya sebelum berkat dibagikan ketetangga sekitar, berkat akan didoakan oleh sesepuh desa. Setelah didoakan biasanya pemilik rumah akan membagikan berkat tersebut ke lingkungan sekitar.

Selain melaksanakan kegiatan megengan, biasanya kami juga melakukan Nyekar atau yang biasa dikenal dengan berziarah kubur. Berziarah diartikan sebagai hubungan antara manusia yang masih hidup dengan leluhur yang sudah wafat yang ditujukan dengan aktifitas kirim doa. Tradisi Nyekar ini bertujuan untuk mendoakan kerabat atau saudara yang sudah lebih dulu berpulang.

Selain itu tradisi Nyekar juga bertujuan untuk meningkatkan spiritual kita sebagai manusia bawha kita sebenarnya hidup di bumi hanya menunggu waktu kematian kita. Sehingga dengan demikian kita akan ingat kepada kematian dan kita akan senantiasa menghindari segala perbuatan yang jelek dan meminta ampun atas segala dosa yang telah diperbuat. Sebenarnya tradisi Nyekar ini tidak pernah dibicarakan langsung di dalam Al-Qura'n atau hadits. Namun kegiatan ini merupakan tradisi turun temurun oleh sebagian warga yang tinggal di pulai jawa seperti jawa barat, jawa timur, dan jawa tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun