Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lintang Pukang Menyelamatkan Nyawa Duafa

7 Maret 2018   16:46 Diperbarui: 7 Maret 2018   20:48 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Didampingi relawan leher mbok Darmi tengah diganti perbannya (foto: dok pri)

Darmi (63) janda sebatangkara warga Dusun Kebondowo RT 02 RW I, Tlompakan, Tuntang, Kabupaten Semarang yg  didera kemiskinan akut dan terkena kanker kelenjar getah bening parah. Akhirnya menjalani pengobatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Karyadi, Kota Semarang. Seperti apa upaya penyelamatan dhuafa ini, berikut catatannya.

Selasa (27/2) siang  lalu, relawan Lentera Kasih untuk Sesama (Lensa) Kota Salatiga yang mendengar adanya seorang nenek dalam kondisi sakit parah dan hidup sendirian, segera meluncur ke lokasi. Begitu melihat Darmi yang biasa disapa dengan panggilan mbok Darmi, mereka langsung mengevekuasinya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Salatiga.

Kondisi kesehatan mbok Darmi, benar-benar sangat menyedihkan. Tubuhnya kurus digerogoti sel kanker yg tak bisa membedakan koruptor dengan duafa, sedangkan wajahnya, khususnya bagian leher hingga mata membengkak. Jangankan untuk makan steak, guna menelan bubur cair saja tenggorokannya kesulitan. Menurutnya, lehernya yang terdapat luka menganga terasa ditusuk ribuan jarum.

Mbok Darmi saat akan dilarikan ke Semarang (foto: dok pri)
Mbok Darmi saat akan dilarikan ke Semarang (foto: dok pri)
Janda melarat yang hanya hidup di rumah kecil berukuran 2 kali 3 meter tersebut, paska evakuasi , saban hari, selama 24 jam ditunggui oleh relawan Lensa. Tak sedetik pun perhatian relawan terlewatkan dari pandangan tubuh ringkih yang bibirnya membengkak dan matanya juga tidak mampu melihat jelas itu.  Ironisnya, akibat terabaikan selama berbulan bulan, luka di leher mbok Darmi mengeluarkan belatung.

Tak pelak lagi, relawan yang tidak mempunyai dasar ilmu keperawatan, harus terlibat dalam pengambilan belatung- belatung laknat itu. Sungguh keren para pendekar Lensa, usai menyaksikan secara langsung pengambilan belatung di luka yg baunya aduhai, mereka tetap menyantap nasi bungkus sembari menunggui mbok Darmi. Sepertinya, pintu surga terbuka untuk kalian semua.

Hingga akhirnya, dokter di RSUD Kota Salatiga sepertinya tak mampu menangani penyakit yang diderita mbok Darmi. Sebab, kendati hampir sepekan dirawat, belum ada kemajuan yang berarti. Bahkan, belakangan muncul rujukan agar janda tersebut dibawa ke Rumah Sakit (RS) Ken Saras di Bergas, Kabupaten Semarang. Konon, di RS ini peralatannya lebih lengkap.

Dalam perawatan di RSUP Karyadi Semarang (foto: dok pri)
Dalam perawatan di RSUP Karyadi Semarang (foto: dok pri)
Senin siang pk 11.00, dengan berbekal surat pengantar dari RSUD Kota Salatiga, mbok Darmi dilarikan ke RS Ken Saras. Berhubung beliau tidak mempunyai kerabat, otomatis dikawal sepenuhnya oleh relawan Lensa. Simbok perlu menjalani pemeriksaan di  bagian Onkeologi (yg bertugas menangani kanker).

Hasil pemeriksaan Onkeologi,dokter menyimpulkan penyakit yg dideritanya sudah sangat parah. Mbok Darmi dirujuk ke RSUD Karyadi untuk mendapat pengobatan maksimal. Sungguh sangat dilematis, sebab, bila opname di Semarang, maka relawan Lensa bakal terkuras energinya. Padahal, relawan yg tinggal di ibu kota propinsi belum ada, semisal ada pun, belum tentu mampu mendampinginya.

Jadi Perhatian Publik

Karena nyawa memang menjadi taruhan, maka urusan penunggu selama menjalani pengobatan di RSUP Karyadi diabaikan. Relawan Lensa lintang pukang mengurusi proses administrasi hingga menyewa ambulan untuk melarikan mbok Darmi ke Semarang. Setelah menjalani pemeriksaan medis, ternyata kondisi janda tanpa anak itu sangat memperihatinkan.

Selain berat badannya terus menurun (maklum hanya makan bubur cair), mbok Darmi harus menjalani pemulihan kalium dan protein sebelum dilakukan tindakan medis. Untuk itu, dirinya perlu selama sepekan berada di RSUD Karyadi. Tentunya, relawan yang menjaganya selama 24 jam harus lebih bersabar.

Anak- anak muda di Ungaran melakukan penggalangan dana (foto: dok pri)
Anak- anak muda di Ungaran melakukan penggalangan dana (foto: dok pri)
Rupanya keberadaan mbok Darmi yang didera nestapa, belakangan mendapat perhatian publik. Terbukti, puluhan anak muda di Ungaran, Kabupaten Semarang rela turun ke jalan untuk mencari sumbangan. Dari mulai ngamen, hingga menjajakan kaos mereka mencoba mengetuk hati pengguna jalan. Langkah mereka jelas layak diapresiasi, sebab, tanpa ada yang menyuruh, sisi kemanusiaan mereka tergugah.

Demikian pula dengan masyarakat lainnya, tanpa diminta, mereka pun merogoh kantongnya untuk membantu meringankan beban mbok Darmi. Bahkan, beberapa komunitas anak muda di Kota Semarang ikut memberikan bantuan berupa uang tunai. " Kami sangat mengapresiasi atas segala bantuan dari teman- teman, tapi kami juga membutuhkan relawan yang bersedia menjaganya," kata Atha , Ketua Lensa, Rabu (7/3) sore.

Menurut Atha, pihaknya belum memiliki relawan yang tinggal di Kota Semarang, sementara saat ini, relawan yang bertugas menjaga mbok Darmi berasal dari Salatiga dan Kabupaten Semarang. Hal tersebut, tentunya cukup merepotkan karena waktu yang ada tersita di perjalanan. "Harapan kami, muncul relawan yang rumahnya ada di Kota Semarang," ungkapnya.

Mbok Darmi minta foto bersama dengan Bamset (foto: dok pri)
Mbok Darmi minta foto bersama dengan Bamset (foto: dok pri)
Ada sisi menarik dalam upaya penyelamatan nyawa duafa ini, di mana mbok Darmi yang selama berbulan-bulan jarang berinteraksi  akibat penyakit yang dideritanya, belakangan sangat akrab dengan relawan Lensa. Satu persatu nama relawan kerap ditanyakan, termasuk saya. Bahkan ketika saya membesuknya, ia ngotot meminta foto bersama. Berulangkali diambil gambarnya, tangannya enggan melepas pegangan. Usut punya usut, kamera handphone tak mengeluarkan lampu blitz sehingga dianggapnya belum terabadikan.

Itulah sedikit catatan perjuangan relawan Lensa dalam menyelamatkan nyawa seorang duafa, kendati apa yang mereka kerjakan jelas-jelas tanpa pamrih apa pun, faktanya ada beberapa pihak yang nyinyir. Pekan depan, mbok Darmi bakal mendapat tindakan medis untuk memberangus sel kanker yang mengeram di tubuhnya, mohon doanya agar segalanya berlangsung lancar.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun