Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Yusak Nurcahyo Kewalahan Layani Order Miniatur Bus

13 April 2016   16:44 Diperbarui: 13 April 2016   22:11 4589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Bus buatan Yusak (foto: dok pribadi)"][/caption]Di saat persaingan industri outomotif semakin keras, banyak karoseri kendaraan besar berlomba menekan harga jualnya. Kendati begitu, bus- bus terbaru harganya tetap di atas Rp 800 juta/unit. Sebaliknya, karoseri asal Kota Salatiga ternyata mampu memproduksi “bus” yang harganya supermurah, yakni Rp 8 juta- Rp 15 juta/unit.

Adalah Yusak Nurcahyo warga Nanggulan nomor 67 RT 03 RW 06, Tingkir, Kota Salatiga. Pria berumur 44 tahun tersebut, selain memiliki karoseri sendiri, ia juga bertugas memasarkan “bus- bus” buatannya. Kendaraan penumpang produksinya memang tidak bisa ditumpangi manusia, sebab, deretan armada buatannya adalah miniatur bus dengan perbandingan 1:20. “Saya sudah memulai memproduksi sejak tahun 1989,” ungkapnya ketika saya temui di rumahnya, Rabu (13/4) sore.

[caption caption="Bus Wisata buatan Yusak yang dipesan pelanggan dari Jakarta (foto: dok pribadi)"]

[/caption]Sayangnya, meski sudah memulai memproduksi miniatur bus sejak 27 tahun lalu, Yusak mengalami kejenuhan. Sehingga dirinya sempat berhenti bertahun-tahun dan menekuni pekerjaan lain, yaitu menjadi pengemudi di salah satu perusahaan. Baru di tahun 2012, ia kembali berkutat dengan beragam miniatur karena lagi-lagi merasa jenuh bekerja sebagai sopir.

Miniatur bus buatan tangan Yusak, memang terbilang fenomenal. Sebab, detail kendaraan teramat rinci, mirip aslinya. Tak heran bila “bus-bus” produksinya jadi koleksi beberapa perusahaan transportasi darat seperti PO Rosalia Indah, PO Eka, PO Safari, PO Sumber Alam dan berbagai PO lainnya di Pulau Jawa. “Saya mematok harga sebesar Rp 8 juta hingga Rp 15 juta untuk satu unitnya,” jelas Yusak yang mengaku lulusan hanya bangku SMP.

Tingkat kemiripan “bus” buatan Yusak memang sangat tinggi, saat diperhatikan dengan seksama dari mulai mesin, lampu, interior, pintu, TV hingga hal paling kecil, yakni wiper semua bisa menyala (hidup) secara otomatis selayaknya bus beneran. “Untuk pesawat TV yang berada di dalam ‘bus’, saya menggunakan layar handphone,” kata Yusak.

[caption caption="Lampu Bus buatan Yusak bisa menyala (foto: dok pribadi)"]

[/caption]Dirundung penasaran, saya mencoba semua komponennya. Lampu-lampu menyala sempurna, pesawat TV juga mampu menyala, begitu pun wiper-nya. Giliran mesin dinyalakan, keluar suara mirip bunyi mesin bus yang keluar dari knalpot. Benar-benar ciamik, membutuhkan ketelatenan dan kesabaran yang luar biasa untuk memproduksi satu unit “bus”. Pantas, harganya menembus Rp 15 juta/unitnya.

Kewalahan Menerima Order

Untuk membuat satu “bus” merek Mercedes Benz, sebelumnya Yusak harus mendapatkan foto pesanan termasuk detail asesorisnya. Setelah harga sepakat, ia mulai membuat pola, memotong pola, dan kemudian merangkainya. Bahan yang digunakan adalah akrilik yang penyambungannya menggunakan lem khusus. Setelah terbentuk body-nya, selanjutnya dihaluskan memakai ampelas hingga halus.

Usai debu bekas ampelas dibersihkan, Yusak melakukan tahap pendempulan mirip pengerjaan kendaraan asli. Setelah dempul kering, kemudian diampelas lagi agar foxy mampu menempel. Foxy adalah bahan dasar cat agar warna cat tak mudah mengelupas. “Setelah seluruh body mengering, baru saya cat menggunakan cat duco,” paparnya.

[caption caption="Yang ini Bus belum jadi (foto: dok pribadi)"]

[/caption]Yang menarik ketika Yusak harus menyiapkan berbagai asesoris, sebab, kendati bentuknya adalah miniatur namun pemesan selalu menghendaki barang buatannya memiliki tingkat kemiripan yang tinggi. Untuk memenuhi pesanan konsumen, di sinilah ketelatenan dan kesabaran Yusak diuji. Mulai memasang lampu-lampu, pintu otomatis, mesin, kaca depan kaca samping hingga yang terkecil, yakni wiper, dirinya merakit sendiri. Berbagai perangkat elektronik itu dirangkai ekstra hati-hati agar berfungsi dengan maksimal.

[caption caption="Rangkaian mesin Bus buatan Yusak (foto: dok pribadi)"]

[/caption]Guna menyelesaikan satu unit “bus" pesanan, Yusak mengaku membutuhkan waktu antara tiga hingga lima bulan tergantung spesifikasinya. Persoalannya, semua perakitan ia kerjakan sendiri. Karena kapasitas produksi yang terbatas, setahun maksimal hanya membuat 5 sampai 7 unit “bus”, tak pelak lagi, dirinya kerap menolak pesanan. Pasalnya, setiap pemesan selalu berharap barang pesanannya segera jadi. “Daripada nantinya cacat produksi akibat kejar target ya mendingan saya tolak,” ungkap Yusak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun