Mohon tunggu...
Bambang Trim
Bambang Trim Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Penulis Pro Indonesia

Pendiri Institut Penulis Pro Indonesia | Perintis sertifikasi penulis dan editor di Indonesia | Penyuka kopi dan seorang editor kopi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tentang Ragangan Menulis Buku

3 April 2020   08:53 Diperbarui: 9 Mei 2022   11:33 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tought-catalog/Unsplash

Profesor Mortimer Adler pernah mengungkap sebuah penelitian bahwa sepanjang hidupnya manusia telah menghasilkan 1.800 ide. Bersama timnya, Prof. Adler kembali memeras ide itu menjadi hanya 64 ide. Ke-64 ide itu boleh disebut tema yang umumnya terdiri atas satu kata, seperti binatang, kesenian, peradaban, dan emosi.

Hal yang paling mudah untuk membedakan tema dan topik ketika Anda berkunjung ke sebuah toko buku besar. Saat mencari buku tertentu, Anda dibantu oleh penamaan bagian rak. Anda pun menemukan nama rak Religi, Bisnis, Sejarah/Biografi, Bahasa/Sastra, Pertanian, Hobi, Hukum, Pendidikan, dan sebagainya.

Lalu, misalnya Anda ke rak Komunikasi. Anda akan mendapatkan buku-buku bertema komunikasi. Coba ambil satu buku dan lihat kover belakangnya, biasanya di bagian atas ISBN (International Standard Book Number).

Anda mungkin mendapatkan satu tulisan dengan fon kecil seperti ini Komunikasi/Humas Perkantoran. Itu artinya buku bertema komunikasi dan bertopik humas perkantoran. Ada juga yang tertulis seperti ini Komunikasi/Komunikasi Massa.

Demikian pula jika Anda ke perpustakaan, di sana buku-buku dikelompokkan di dalam sebuah sistem klasifikasi. Sewaktu saya belajar di Prodi D-3 Editing Unpad, saya dikenalkan dengan sistem DDC  yaitu Dewey Decimal Classification yang diciptakan oleh Melvil Dewey. 

Sistem penomoran ini dapat Anda lihat juga pada KDT (katalog dalam terbitan) di buku. Contohnya: 000 untuk klasifikasi komputer, informasi, dan referensi umum; 100 untuk filsafat dan psikologi; 200 untuk agama; dan seterusnya. Semua itu adalah tema.

Jadi, dapat disimpulkan tema itu luas dan topik itu spesifik. Anda akan lebih mudah menulis berdasarkan topik, bukan tema. Jika Anda mengikuti perlombaan menulis, panitia selalu menyodorkan tema. Di sisi lain, Anda yang menulis harus tetap menemukan topik yang dinaungi oleh tema tersebut.

Tema wujudnya dapat berupa kata atau kelompok kata (frasa), sedangkan topik wujudnya adalah frasa atau klausa (anak kalimat). Agar lebih jelas dalam menulis, seseorang diminta menuliskan kalimat topik. Contohnya: Saya hendak menulis tentang fenomena COVID-19 dari segi perilaku masyarakat menyikapi pembatasan sosial.

Bagaimana? Apakah sudah lebih jelas tentang tema dan topik? Saya berharap demikian. Saya akan masuk ke persoalan RAK.

Ragangan di Atas Kertas

Sebuah ide/gagasan yang akan dieksekusi menjadi naskah buku tentu harus dituliskan. Anda dapat membayangkan sebuah peta pikiran yang di bagian tengah sebuah lingkaran atau kotak ide terdapat sebuah topik.

Pertanyaannya apakah topik identik dengan judul? Dalam beberapa kasus topik mungkin saja identik dengan judul yang dapat merupakan  frasa atau klausa. Topik tidak muncul di dalam sebuah tulisan, tetapi judul akan muncul sebagai kepala tulisan atau karangan. Jadi, Anda tidak usah bingung perbedaan antara topik dan judul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun