Sekelebat Cerpen | Wong Aneh-Bab Mencari Pencuri
Ini pertemuan kedua saya dengan Wong Aneh. Wong Aneh yang bagi orang lain dianggap aneh. Aneh karena mereka tidak mau meminta penjelasan dari orang yang mereka anggap aneh tersebut. Kalau mereka mau meminta penjelasan, saya yakin pencerahan akan diperolehnya.
Pertemuan kedua ini tidak mudah. Tidak mudah karena saya harus mencarinya di warung kopi lainnya lagi. Tidak sekali ketemu, tapi harus keliling mencari-cari dari warung kopi yang satu ke warung kopi lainnya. Nampaknya dia atau Wong Aneh ini suka berpindah-pindah ke warung kopi lainnya. Tidak menetap hanya pada satu warung kopi saja.
Saya hampir saja membatalkan untuk mencarinya karena ketika saya cari tidak kunjung bertemu. Saya tidak menyangka kalau di dekat kuburan yang sepi dan di malam hari ada warung kopi yang masih buka jualan kopi. Saya lihat dari kejauhan hanya ada satu pembeli yang sedang ngopi. Setelah saya dekati, alhamdulillah betul dialah orang yang saya cari.
Pada pertemuan yang pertama dulu, dia sama sekali tidak menanyakan nama saya. Kali ini aneh, dia menanyakan nama saya tanpa melihat ke wajah saya dan tanpa menunggu saya duduk dulu. Sambil berdiri saya jawab, nama saya Bambang.
"Pak Dul tolong buatkan kopi buat Mas Bambang ya?....hehehe"
"Siap, Mbah!" orang yang dipanggil Pak Dul tadi menjawab dengan singkat dan berusaha penuh semangat.
"Terima kasih Pak Dul, terima kasih, Mbah" Â kata saya kepada mereka berdua.
"Baru pertama kali ke sini ya Mas Bambang?" tanya Pak Dul ke saya.
"Ya betul Pak Dul"
"Kalau Mbah ini hampir bisa dipastikan ke sininya sebulan sekali, Mas Bambang"
"Betul ya, Mbah?" tanya saya kepada Mbah untuk memastikan kebenaran informasi dari Pak Dul.
"Ya betul....hehehe" Mbah membenarkan sambil diakhiri dengan senyuman "hehehe" yang menjadi ciri khas keramahan Mbah.
Saya mencoba menikmati dulu kopi yang dipesankan Mbah tadi.
Sudah ada pertanyaan yang sudah lama saya siapkan buat Mbah.
Saya simpan di benak dulu karena ingin merasakan suasana malam hari di Warung Kopi dekat Kuburan yang sunyi ini.
Saya lihat Pak Dul pergi ke belakang warung dan tiduran di lincak, kursi panjang terbuat dari bambu.
Karena tadi Mbah sudah menanyakan nama saya, maka saya mencoba memberanikan diri untuk bertanya tentang siapa nama sebenarnya Mbah.
Mbah menjawab bahwa namanya adalah Soleh, tapi Mbah lebih suka jika dipanggil Mbah saja tidak pakai Soleh.
"Ayo Mas Bambang mau tanya apa karena sebentar lagi Mbah mau pergi dari warung ini?....hehehe"
"Anu Mbah, saya mau tanya tentang bagaimana caranya mencari pencuri, Mbah?"
"Bukan mengejar pencuri ya?....hehehe"
"Bukan, Mbah"
"Juga bukan menangkap pencuri ya?....hehehe"
"Bukan, Mbah"
"Tujuannya hanya untuk menemukan pencuri ya?....hehehe"
"Betul, Mbah"
"Nanti urusan kejar dan tangkapnya biar Pak Polisi ya?....hehehe"
"Betul sekali, Mbah"
"Caranya mundur....hehehe" Jawab Mbah sangat singkat.
"Maksudnya, Mbah?"
"Maksudnya ya mundur bukan maju....hehehe"
"Mundur yang bagaimana, Mbah?"
"Mundur yang terus mundur sampai habis...hehehe"
"Mundur yang terus mundur sampai habis, bagaimana, Mbah?"
"Dicari akar yang benar-benar akar permasalahan terjadinya pencurian. Introspeksi semua pihak, terutama introspeksi diri dari yang mencari pencuri, apakah di dalam dirinya ada pencurinya....hehehe"
"Contoh bahwa di dalam dirinya ada pencurinya itu apa Mbah?"
" Contohnya, mengambil sesuatu yang bukan haknya. Contoh, Â maaf misal bagi guru, mencuri waktu lamanya mengajar. Misal haknya murid harus diajar 3 jam, tapi hanya diajar 2 jam, berarti telah mencuri waktu 1 jam. Paham ya?....hehehe"
"Alhamdulillah, terima kasih, paham, Mbah"
Habis menjawab pertanyaan tadi, kemudian Mbah pamit pergi sambil menitipkan uang kopi buat Pak Dul  untuk membayar dua gelas kopi karena Pak Dul sedang pulas tertidur, kasihan kalau dibangunkan. Sedangkan saya masih ingin di sini tak ikut beranjak pergi.
Saya masih ingin merenungi lebih dalam lagi tentang makna "mundur" Â tadi.
(wong aneh-bab mencari pencuri, 2024)
Sekelebat cerpen ini dirangkai dengan cara singkat dan sangat sederhana untuk menceritakan tentang Wong Aneh-Bab Mencari Pencuri. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Pak Untung
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Mat Sapingi
Baca juga: Sekelebat Cerpen: Mbah Ramal
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!