Tim medis bergerak cepat, wasit pun bijak. Dan yang juga luar biasa adalah spontanitas terukur dari seluruh pemain. Diprakarsai oleh Simon Kjaer, jiwa Christian Eriksen terselamatkan, dalam laga sepakbola Euro 2020.
Itu semua berkat praktik profesionalime di dunia persepakbolaan kelas dunia. Ia melahirkan prakarsa yang sudah mendarah daging. Ternyata pertandingan adalah ajang yang mengedepankan sisi kemanusiaan pula.
Meraih kejuaraan tidak selalu mengedepankan sikap curang. Di dalamnya terdapat pula nilai universal, yaitu : tanggung jawab, tugas, dan kewajiban.
Seandainya Eriksen waktu itu tidak diamankan dengan agar betis seluruh pemain, kita pasti sudah mendapat suguhan rekaman, seseorang yang berjuang di ujung maut. Tapi ternyata itu tidak terjadi. Di sini, hanya untuk predikat viral, sisi kemanusiaan sering diabaikan.
Di sana dan di sini tentu mengenal kata tega. Gambarannya adalah sampai hati dan tega rasa untuk melakukan hal-hal di luar batas kemanusiaan. Adab dilanggar dengan penuh kebanggaan.
Untuk menumbuhkan sikap bersiteguh terhadap sportivitas yang berperikemanusiaan tidaklah gampang. Itu pasti telah terlatih di mana-mana. Sejak lahir di luar lapangan maupun ketika bermain di dalam lapangan.
Kesetiakawanan sudah masuk ke sanubari, menjadi hati nurani. Kemudian dipraktikkan menjadi kumpulan tabiat yang sehati sehaluan.