Debat di media sosial itu tidak kalah seru dengan debat tatap muka. Masing-masing membentangkan pandangan sendiri. Maunya saling memengaruhi. Itu alamiah terarah untuk memandikan gairah.
Konon katanya, sikap adalah fungsi kepentingan. Biasanya kepentingan pribadi tetap di depan kepentingan orang lain. Â Kepentingan orang lain pun dianggap pula sebagai sasaran untuk pemenuhan kepentingan pribadi. Bungkusnya bisa macam-macam, termasuk kebersamaan.
Kepuasan selalu tak berbatas. Misal : kenikmatan, tujuan hidup, hasrat, serta kebutuhan diri sendiri yang lain.
Sampai dengan titik penilaian tertentu, maka dia merasa yang paling benar. Malah ada ucapan yang lebih sangar lagi. "Saya pintar, kamu bodoh".
Gejala ini bisa dimasukkan ke ranah pola pikir. Orang bodoh selalu merasa paling benar. Orang pintar memandang kesalahan sebagai peluang untuk menjadi  lebih baik dan lebih benar.
Egoisme yang dianut secara membabi buta tidaklah disarankan. Entah itu egoisme etis, atau egoisme psikologis.
Pada dasarnya kita dilahirkan merdeka. Walau sering menjadi pemicu pertengkaran, tetapi janganlah itu dijadikan alasan untuk menjajah cita rasa. "De gustibus non est disputandum". Setiap orang memiliki cita rasa sendiri-sendiri.