Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mudik Itu Tradisi

17 April 2021   13:30 Diperbarui: 17 April 2021   14:04 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap menjelang lebaran ada tradisi mudik. Orang tua di "udik", rindu bertemu dengan anak cucu. Sementara itu anak dan cucu pun begitu. Semua membutuhkan persiapan dan pembiayaan. "Jer basuki mawa beya".

Sesuatu terasa hilang, bila mudik terhalang. Banyak penyebabnya, salah satunya karena musim pandemi. 

Mudik itu merindu hulu. Pergi ke hulu, bermakna kembali ke asal muasal atau "sangkan paraning dumadi". 

Manusia yang bersibuk diri menghilir, pas lebaran, langsung teringat hulu. Hulu dan hilir antara lain disatukan dalam momentum lebaran.

Pada hakikatnya, kebutuhan mudik adalah kepentingan orang per orang. Di sini terdapat kebebasan, yang tidak bisa diintervensi.

Tetapi dengan alasan pandemi, Pemerintah mengeluarkan aturan. Mana yang boleh, dan mana yang dilarang.

Tradisi mudik telah berlangsung turun temurun. Ada perasaan kehilangan, ketika pelaku tradisi ini tidak bisa memenuhinya.

Katakanlah tradisi itu bisa diganti dengan bantuan teknologi, tetapi sensasi bertatap muka bertukar cerita, sangat spesifik kesannya.

Aturan mudik dibuat semata-mata untuk mengurangi risiko covid, yang berdasar data sebelumnya, melonjak seratus persen setelah berlibur panjang.

Setelah pengalaman dua kali lebaran berhalangan mudik, jangan-jangan malah tercipta alternatif kebiasaan baru dalam rangka menyambut lebaran. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun