Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenapa Berwasiat?

2 April 2021   10:24 Diperbarui: 2 April 2021   10:26 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalimat wasiat para terduga teroris hampir mirip. Sepertinya terpola. Jangan-jangan sudah dibuatkan contohnya. Nanti kalau ada lagi, tinggal mencontoh saja.

Wasiat sebenarnya bersifat pribadi dan sangat rahasia. Untuk kepentingan tertentu, ada akta notarisnya. Di dalamnya tersusun kalimat yang diharapkan tidak berimplikasi hukum. Dibuka, setelah yang berwasiat meninggal dunia.

Wasiat adalah piweling penting. Sangat spesifik untuk pihak yang paling berhak menerima wasiat itu.

Pemahaman saya tentang hakikat wasiat seperti itu. Ia mengikat ke dalam, tidak untuk dipublikasikan.

Saya jadi ingat bagaimana dulu diajari cara membangun komitmen. Melalui organisasi yang memberi "wasiat"agar hidup itu lebih menyenangkan. "Di sini senang, di mana senang. Di mana-mana hatiku senang". Apakah wasiat ini kurang sakral ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun