Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nak Kanak Suka Balon

2 Maret 2021   09:06 Diperbarui: 2 Maret 2021   09:39 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kanak-kanak adalah bagian dari siklus atau periode perkembangan anak. Sebelum PAUD populer, istilah Taman Kanak-kanak telah lahir terlebih dahulu. Dan dalam kurun itu, Gus Dur pernah menyinggung anggota Dewan yang terhormat : "Anggota DPR itu tak ubahnya seperti anak TK". Mungkin yang dimaksud sifat kekanak-kanakan belum juga hilang.

Ketersinggungan perasaan itu hal biasa. Bahasa guyon pun sering jadi pemicunya.

Pendidikan anak usia dini memang lebih bebas, dibanding dengan jenjang yang berada di atasnya. Itu disebabkan masa kanak-kanak penuh dengan kebebasan, sifat ketertundukan terhadap himpitan kurikulum tidak begitu berarti. Dengan demikian, anak di usia dini ini bertindak sesuai dengan kemauan terpilihnya.

Apakah sifat kekanak-kenakannya mulai muncul di sini ? Tentu saja. Dalam perjalanan ke depan, sifat itu terkadang muncul, terkadang hilang.

Walau proses belajarnya belum terstruktur, namun kebebasan belajarnya malah mempercepat daya tangkap. Begitu diberi contoh, contoh, dan contoh, rasa kesenangan dalam belajar bersosialisasi cepat sekali berkembang.

Sifat seperti kanak-kanak atau "childlike" merupakan sifat polos khas anak-anak. Berbeda dengan "childish" atau sifat kekanak-kanakan. Orang terpandang yang sudah berumur pun bisa jadi penyandang sifat jelek itu.

Para infantilis atau penganut kebiasaan bertindak kekanak-kanakan itu sering berceloteh tidak dewasa. Sedikit-sedikit berkomentar, berkomentar kok sedikit-sedikit. Kurang ini, kurang itu. Tak boleh kenikmatannya terusik. Maklum mereka seperti masih dalam periode menetek, menyusu, atau menyesap.

Daripada bersikap proaktif, mereka terbiasa reaktif. Tidak ada istilah terobosan, atau berpikir alternatif. Nak kanak suka balon, bila balonnya meletus satu, pasti dicari biangnya hingga ketemu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun