Mohon tunggu...
Bambang Irwanto Soeripto
Bambang Irwanto Soeripto Mohon Tunggu... Penulis freelance - Penulis cerita anak, blogger, suka jalan-jalan, suka wisata kuliner, berbagi cerita dan ceria

Bercerita yang ringan-ringan saja, dan semoga membawa manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PR Tetap Ada, Asalkan...

27 Oktober 2022   09:50 Diperbarui: 27 Oktober 2022   10:22 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wih, ada wacana baru, nih. Kabarnya, PR atau pekerjaan rumah akan ditiadakan. Asyik, dong! Pulang sekolah langsung santai. Bebas merdeka. bye..bye PR hehehe.

Sebenarnya, dari dulu itu, PR sudah mendapat tanggapan beragam siswa. Bagi siswa yang pintar di sekolah, pastinya senang ada PR, sedangkan bagi siswa yang malas, PR memang jadi beban. Kalau siswa yang sedang-sedang saja, maka menanggapi PR kadang senang, kadang mengeluh hahaha.

Kenapa Ada PR?

Zaman saya sekolah, para guru menjelaskan adanya PR, agar para siswa di rumah bisa mengulangi pelajarannya yang sudah diajarkan di sekolah. Karena setiap siswa kan, berbeda cara menangkap pelajarannya. Istilah sekarang, tergantung loadingnya.

Tapi memang sih, sesuai pengalaman saya yang masuk kategori siswa sedang-sedang saya, saat mengerjakan PR, saya kembali membaca materi yang sudah dijelaskan tadi di kelas. Begitu juga saat mencari jawaban PR. 

Kemudian, seingat saya, nilai PR ini akan membantu juga saat pengisian nilai raport. Makanya diusahakan PR harus selalu disetorkan, plus diusahakan nilainya bagus-bagus semua.

PR Bak Mata Pisau

PR ini sebenarnya, bisa jadi ajang sosialisasi dan berbagi juga antar siswa. Misalnya, saat ada teman yang belum paham, bisa diajak belajar kelompok atau belajar bersama. Dan saya yakin, setiap siswa mempunyai kelebihan masing-masing di setiap mata pelajaran. Jadi saling membantu juga.

Hanya bagai mata pisau, PR juga bisa dijadikan alasan untuk membohongi orang tua hahaha. Misalnya izin telat pulang karena belajar kelompok mengerjakan PR. Padahal... ehm.. dolan-dolan. Kalau zaman saya dulu, banyak teman alasan seperti ini, terus ngumpul dan merokok. Akhirnya, besok pagi pada datang pagi, grasak-grusuk cari contekan PR hehehe.

Dari PR ini, bisa terjadi pembully-an juga. Sudah banyak kasus, siswa pintar di sekolah, dipaksa mengerjakan PR satu gank. Kalau tidak, maka siap-siap kena tonjok. Tentu saja ini sangat memprihatinkan di dunia pendidikan. Bisa meninggalkan trauma bagi si siswa.

PR Ada, Asalkan..

Menurut saya pribadi, PR bagusnya tetap ada. Jadi saat anak-anak di rumah, tidak 100 % terbebas dari  urusan sekolah. Jadi sacara tidak langsung, tetap ada tanggung jawab yang harus dikerjakan. Tidak dilaksanakan, ada konsekuensinya.  

Ini nantinya jadi bekal bagus kerja nanti. Saat pulang kerja, kita tidak otomatis blast seputar kerjaan. Masih terus terbayang, tugas kantor apa lagi yang bekum dikerjakan, atau apa yang akan dikerjakan nanti.

hanya memang, pelajaran zaman sekarang lebih sulit dibandingkan zaman dulu. Bahkan menurut saya, terkadang melewati batas kemampuan siswa. Anaknya kelas 3 SD, tapi pelajarannya seperti kelas 6 SD.

Makanya perlu sekali pelajaran di sekolah disesuaikan kembali dengan kemampuan anak-anak. Biar saat ada PR, mereka bisa mengerjakan sendiri, atau paling tidak belajar kelompok. Soalnya kalau pelajaran susah, orang tua saja banyak yang tidak paham. Akhirnya tidak bisa mengajari anak.

Bahkan karena PR yang banyak, akhirnya anak menyerah, dan PR dikerjakan oleh orang tua. kalau sudah begini, tujuan PR, agar anak-anak kembali mengulangi pelajaran di rumah, tidak akan tercapai. Hanya sekadar mendapatkan nilai saja.

Satu yang tidak kalah penting, PR jangan terlalu banyak. Misalnya dari halaman sekian sampai halaman sekian. Jadi sesuaikan saja. Karena tidak hanya 1 mata pelajaran saja yang memberikan PR, tapi sehari bisa beberapa mata pelajaran.

Intinya menurut saya, PR harus tetap ada, asalkan disesuaikan saja, agar PR tetap bermanfaat bagi siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun