Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Haah, Tergantung Pak Prabowo?

14 Juni 2019   07:47 Diperbarui: 14 Juni 2019   07:55 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Geregetan, gemas dan galau berat. Itulah suasana hati Asri beberapa hari ini. Ingin sekali ia tumpahkan dalam bentuk kemarahan. Tapi ia tak sanggup melakukannya. Sejengkel apapun hatinya, tak mungkin ia marah terhadap orang yang paling ia hormati dan kagumi selama ini. Maka yang terjadi, Astri makin kelelahan dihajar oleh kejengkelannya sendiri.

"Kamu kok tampak seperti sedang  badmood ya, Nduk? Ada apa sih?" tanya ibunya dua hari sebelum Hari Raya Idul Fitri kemarin.

"Papi sih, yang nggak mau ngerti aku....."

"Papimu kenapa?" kejar ibunya. Lalu dengan lembut membelai rambut Asri dan merapikannya. Karena sengaja dibiarkan berantakan, tak disisir. Sama sekali tidak seperti adatnya.

"Beliau belum mau terima kedatangan orang tuanya Mas Moko ke sini....."

"Memang mereka mau ke sini?"

"Rencananya Mas Moko kan mau mengajak ayah ibunya untuk silaturahmi pada Lebaran lusa, Mi." Jawab Fitri sambil menggaruk rambutnya yang sebenarnya tidak gatal.

"Apa alasan kebelum-mauan Papimu menerima mereka?"

"Papi hanya berkata, akan ada saatnya. Tapi bukan sekarang....." Asri menjawab sambil merebahkan kepalanya ke dada ibunya.

Asri sangat sadar, bahwa mau tidaknya Papinya menerima kedatangan orang tua Moko, adalah mutlak hak beliau. Tapi ia ingin jelas, apa alasan ayahnya yang sebenarnya? Masuk akalkah? Apa untung dan ruginya? Apa pertimbangannya hanya dari sudut kepentingan ayahnya saja? Mengapa tidak mempertimbangkan kepentingan dan perasaan dirinya? Kenapa diabaikan begitu saja, niat baik dari Moko? Bukankah yang paling terkait dalam hal ini, adalah dirinya dan Moko?

"Kukira Papimu pasti punya alasan yang kuat, Nduk!" Ibunya makin mengeratkan Asri dalam rangkulannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun