Sejak kemarin wajah Bento muram berkabut. Malah terlihat sangat geram dan cemberut. Lebih suram ketimbang wajah langit kotaku, yang temaram karena muntahkan hujan seharian. Ada keterkejutan yang menyentak jiwanya. Ada kekecewaan dan ketidakpahaman. Bercampur ketidakrelaan yang mengguncang nalar dan nuraninya. Mengapa? Â Karena tokoh muda idolanya harus meringkuk nglimpruk di rumah tahanan cabang KPK. Setidaknya untuk 20 hari ke depan.
"Sudah jangan mikirin Romy melulu! Urusi tuh kedaimu! Para pelangganmu pasti sudah pada menunggumu." Desakku. Ini perlu kulakukan untuknya. Karena sejak meledaknya berita tentang tertangkapnya Ketum PPP dalam OTT KPK, sudah sehari semalam Bento menginap di rumahku. Gairahnya seperti mengering. Hanya bermalas-malasan saja di rumahku. Jelas ini tidak sehat untuknya. Dan sedikit banyak, juga akan mengganggu jam-jam istirahatku.
"Kedaiku tetap buka kok, Bang." Jawabnya. Selain sepetak kebun sawit, dia memang punya kedai kopi plus kios pulsa sebagai mata pencahariannya.
"Lalu siapa yang ngawasi pegawaimu?"
"Si Bidu khan datang dari kampung. Jadi kusuruh saja dia nunggu warung."
"Maksudku ngapain ente harus ikut binggung soal Romy? Dia bukan koncomu. Nggak kenal ente secara pribadi. Ente pun bukan kader partainya atau loyalisnya. Jadi sama sekali ia tak ada kena mengenanya dengan ente, khan?"
"Meski begitu, Romy itu adalah salah satu tokoh muda favoritku, Bang. Diam-diam aku telah menjadi pengagum beratnya. Bukan hanya aku, pasti banyak pihak yang lain yang berharap banyak padanya. Muda, ganteng, cerdas, multi talenta dan ngetop. Punya karir politik yang cemerlang. Bayangkan, sejak tahun 2009 telah menjadi anggota DPR RI. Dan puncaknya sampai sukses menduduki posisi Ketum PPP." Jelasnya menggebu-nggebu.
"Terus...?" pancingku.
"Kalau saja ia tidak tersandung dugaan tipikor, pasti ia punya prospek bagus di kancah perpolitikan nasional ke depannya. Potensi dan peluangnya menjadi seorang menteri sangat terbuka lebar sesungguhnya. Bahkan kalau ia bisa mengembalikan PPP sebagai partai besar, di tahun 2024, bukan tidak mungkin Romy bisa menjadi kandidat kuat Wapres. Seperti jejak pendahulunya, Hamzah Haz."
"Benar kata ente. Yah semoga saja dalam proses hukum berikutnya, ia tidak terbukti bersalah." Sahutku menghiburnya.
"Yah semoga saja begitu. Tapi terus terang aku pesimis, Bang!"