Bank Indonesia (BI) pada hari Kamis 21 Agustus 2025 menyampaikan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal II 2025. Bagi investor dan pelaku ekonomi yang bergerak dalam ekspor-impor serta keuangan dan perdagangan komoditi dan jasa internasional selalu perlu mengetahui informasi yang menunjukkan postur Neraca pembayaran atau Balance of Payment. Yang dimaksud dengan Neraca Pembayaran Indonesia adalah catatan sistematis dari seluruh transaksi ekonomi terbuka antara penduduk Indonesia dengan negara lain dalam periode tertentu, biasanya satu tahun. Tetapi sebelum menjadi catatan lengkap tahunan, perkembangan Neraca Pembayaran dari kuartal ke kuartal berikutnya juga diperlukan untuk melakukan antisipasi situasi.
Neraca pembayaran terdiri dari tiga komponen utama: (1) Transaksi Berjalan (Current Account) yang merupakan transaksi barang dan jasa, serta pendapatan primer dan sekunder. Ini termasuk neraca perdagangan (ekspor dan impor barang) dan neraca jasa. (2) Transaksi Modal dan Finansial (Capital and Financial Account): Mencatat aliran investasi dan pinjaman internasional, termasuk investasi langsung dan portofolio. (3) Cadangan Devisa (Official Reserve Assets): Mencerminkan perubahan cadangan devisa negara yang digunakan untuk menutupi defisit atau menyerap surplus dari transaksi berjalan dan finansial.
Dengan mengikuti indikator perkembangan Neraca pembayaran para penentu kebijakan, publik maupun swasta, para pengamat dan peneliti serta masyarakat yang berkepentingan dapat (1) Mengukur Keseimbangan Ekonomi Eksternal Indonesia dalam hal keseimbangan antara penerimaan dan pembayaran internasional. (2) Menduga arah Kebijakan Moneter dan Fiskal sebab data BOP digunakan untuk merumuskan kebijakan terkait nilai tukar, cadangan devisa, dan pengendalian impor-ekspor. (3) Menilai Kredibilitas dan Peluang Investasi. Keseimbangan BOP yang sehat mencerminkan stabilitas ekonomi sehingga meningkatkan kepercayaan investor.
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan prospek Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada tahun 2025 akan tetap kuat dan sehat. Optimisme ini didasari perkiraan defisit transaksi berjalan yang rendah, diperkirakan berada dalam kisaran 0,5% hingga 1% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Berdasar data terbaru, secara umum dikatakan bahwa untuk Kuartal II 2025 Neraca Pembayaran Indonesia tetap terjaga meski mencatat defisit yang melebar. Secara keseluruhan, NPI Indonesia hingga kuartal II 2025 mencatat defisit 6,7 miliar dolar AS, atau sekitar Rp109,1 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.284 per USD) di tengah perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas.
Transaksi Berjalan
Dalam kaitan ini, terjadi suatu peningkatan signifikan defisit transaksi berjalan Indonesia Kuartal II 2025 tercatat sebesar 3 miliar dolar AS atau 0,8 dari Produk Domestik Bruto. Angka defisit kuartal II 2025 ini jauh lebih tinggi dibandingkan defisit 0,2 miliar dolar AS (0,1 persen dari PDB) pada kuartal I 2025. Secara lebih terperinci, pelebaran defisit transaksi berjalan pada kuartal II/2025 dapat dianalisis dari komponen-komponennya.Â
Dalam transaksi berjalan neraca perdagangan nonmigas mencatat surplus US$14,8 miliar, meski lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya (US$17,7 miliar).Â
Sementara itu, neraca perdagangan migas sekalipun mengalami defisit sebesar US$4,2 milia namun berkurang dari kuartal I 2025 (US$4,7 miliar) seiring denganpenurunan harga minyak global.Â
Defisit neraca pendapatan primer meningkat menjadi US$9,8 miliar (US$9,3 miliar pada kuartal I/2025) karena kenaikan pembayaran dividen dan bunga/kupon sesuai pola musiman.Â
Sebaliknya, surplus neraca pendapatan sekunder bertambah US$1,7 miliar pada kuartal II/2025, dari US$1,6 miliar pada kuartal sebelumnya didorong oleh kenaikan hibah dan remitansi pekerja migran Indonesia (PMI).
Transaksi Modal dan Finansial