Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Musik untuk Republik Keberatan Tema

21 Oktober 2019   10:29 Diperbarui: 21 Oktober 2019   11:03 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Para musisi pengisi acara MUR mayoritas pendukung Jokowi. Para musisi yang mendukung Prabowo tidak diiberi tempat, tapi mereka mengusung tema persatuan, merekatkan kembali rakyat yang terbelah akibat pilpres. Jaka sembung bawa sangu, Bro! "

Dalam tradisi Jawa, kalau anak sakit-sakitan terus, maka yang disalahkan adalah pemberian nama. Istilahnya, keberatan nama. Maka apa boleh buat namanya harus diganti dengan upacara bubur merah bubur putih.

Konser Musik Untuk Republik (MUR ) yang menampilkan sederet nama penyanyi solo dan band ngetop diberitakan sepi penonton. Sebenarnya bukan cuma sepi penonton, tapi juga sepi pemberitaan. Media sosial, media cetak, ,media televisi tidak tertarik dengan acara itu. Padahal tema yang diusung heroik banget, untuk merekatkan kembali persatuan yang terkoyak. 

Kurang herok gimana coba? Pertemuan MRT antara Jokowi dan Prabowo rupanya nggak cukup untuk menyatukan masyarakat yang terlanjur terbelah, harus dilengkapi dengan konser musik. Coba simak penuturan Sandy, drummer  PAS Band setelah dia bersama sejumlah musisi diberikan restu oleh Jokowi untuk mengadakan konser.

Acara tersebut, menurut Sandy  digagas oleh para musisi yang bertujuan untuk mempersatukan perpecahan bangsa yang terjadi empat tahun belakangan ini. Baginya, perpecahan menghawatirkan itu mustahil bisa optimal tanpa membangun persatuan.

Soal nyinyiran yang menuduh MUR sebagai konser bau harum istana, Sandy menanggapi dengan sinis. Menurutnya, itu hanyalah stigma dari orang-orang yang tidak suka dengan pemerintahan Jokowi. Sehingga apa pun yang melibatkan pemerintah akan salah di mata mereka.

Coba perhatikan dengan seksama dalam tempo yang secukupnya  pernyataanya itu. Mirip sekali dengan  narasi BuzzeRp. Masih untung yang nyinyir nggak dituduh radikal radikul. Tidak menghenrankan juga sih. Coba perhatikan deretan musisi pengisi acara MUR yang disebut sebagai multi genre itu. 

Dari pop dan rock, diantaranya, Funky Kopral, SiksaKubur, Edane, Jamrud, Edo Kondologit, Iwa-K + Laze, Glenn Fredly, Kikan, Kla Project, God Bless, PAS Band, Slank. Dari genre dangdut, Family's Group, Inul Daratista, Iis Dahlia.

Pada pilpres 2104 dan 2019  dukungan bagi masing-masing paslon ditandai dengan dukungan terang-terangan para musisi. Jadi, bukan hanya masyarakat yang terbelah, musisi juga. Dari deretan musisi itu nampak sekali MUR bertabur para musisi pendukung Jokowi. 

Multi genre yang juga menampilkan dangdut hanya sebagai pelengkap penderita saja. Kenapa Rhoma si Raja Dangdut yang dikenal sebagai pendukung Prabowo tidak ada? Kan bisa jadi penyeimbang Slank, raja pop pendukung fanatik Jokowi.

Kalau bicara multi genre, kenapa Sabyan yang mengusung Pop religi juga tidak ada? Padahal Soneta digabung dengan Sabyan bisa jadi akan menjadi magnit yang akan mendatangkan penonton, yang berbeda dengan penonton yang datang untuk menyaksikan PAS, Godbless, atau Slank. Jawaban suuzonnya adalah, karena Sabyan pada pilpres 2019 mendukung Prabowo.

Lha kalau diantara musisi saja sudah membelah-belah dukungan politik seperti itu, maka mestinya panitia malu mengusung tema persatuan, merekatkan masyarakat yang terbalah akibat pilpres.

Kalau kita kilas balik, sejak pilpres 2014, setiap ada konser musik yang direstui istana,  para musisi pengisi MUR itu sudah jadi musisi langganan tetap. Maka jangan harap ada nama Ahmad Dani dengan Dewanya, Rhoma dengan Sonetanya, atau Nisa dengan Sabyannya. Padahal fans mereka ruaaar biasa banyaknya. Begitu juga kalau ada musisi yang diundang ke istana, ya musisi itu itu juga. Persatuannya disimpan dimana, Boss?

Para pedagang yang menyewa lapak dan tenda berukuran sekitar 3x3M, sebesar Rp 900 ribu untuk berjualan selama 3 hari mengeluhkan sepinya penonton karena tentu saja berdampak pada sepinya pembeli. Direktur Kreatif helatan Konser Musik Untuk Republik, Lilo Kla Project, pada Tagar.id mengakui jumlah penonton acara bertema persatuan dan kesatuan itu masih di luar perkiraan dan target panitia. 

Namun ia menolak jika ada anggapan gelaran tersebut sepi pengunjung. Lha iyalah, tiga ribu atau lima ribu orang memang nggak bisa dibilang sepi, tapi bandingkan dong dengan luas lahan, megahnya panggung dan deretan pengisi acara.

Kepada Tagar.Id Lilo seolah ngeles, "Tadinya kita berharap bisa 20.000 saja sudah cukup. Tapi kalau dilihat dari itu, kita pribadi sih enggak (masalah), karena ini kan sebuah gerakan ya. Jadi kepentingan kita dengan kepentingan pedagang beda," kata dia.

Coba kita bedah pernyataan Lilo itu. Apa kepentingan pedagang? Tentu saja bukan soal tema persatuan, tapi dagangannya laku. Dalam hal ini kalau dilihat dari sudut pandang ego panitia,  Lilo benar. Biar rugi asal ikut menyumbang untuk persatuan bangsa. Apa kepentingan panitia? Lha, kalau penonton sepi, tema yang akan disampaikan pasti akan lebih sedikit dampaknya. Betul, nggak? Walhasil MUR nggak ngefek bagi perastuan bangsa. Betul apa betul?

Sepinya penonton juga diakibatkan ketatnya keamanan jelang dan saat pelantikan presiden. Boleh dibilang, jelang dan saat pelantikan , Ibu kota seakan milik berdua, Jokowi-Ma'ruf Amin. Rakyat yang akan melakukan aktifitas dicurigai, dipelototi. 

Di setiap stasiun yang keretanya menuju ibu kota dijaga ketat aparat keamanan. Bayangkan kalau ada penggemar music rock yang punya ciri khas dandanan tertentu lengkap dengan bendera masuk area stasiun, pasti dinterogasi habis-habsian oleh aparat.

Kehadiran Jokowi pada malam terakhir konser juga tidak ngefek pada gaung konser itu baik di media sosial juga di media mainstream. Media lebih sibuk bicara soal calon menteri mendatang ketimbang bicara konser MUR.

Walhasil, pesan yang ingin disampaikan MUR boleh dibilang gagal. Bagaimana mereka punya legitimasi moral untuk menyampaikan pesan persatuan, sedangkan di kalangan musisi sendiri nampak kental pengkotak-kotakannya. Musisi yang mengisi acara MUR adalah mayortitas musisi yang mendukung salah satu paslon pada pilpers 2019, musisi yang mendukung lawan  politiknya tidak dikasih tempat. Mikiiiir.

21102019

-Balyanur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun