Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemikiran Etika Publik Dolf Stenberger

29 Juni 2021   11:53 Diperbarui: 29 Juni 2021   12:17 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dolf Stenberger || Dokpri

Penekanan Dolf Sternberger pada prasyarat kelembagaan untuk kebebasan politik dapat menjadi latihan yang bermanfaat untuk lebih memahami kondisi politik. Banyak kritik kontemporer dari kiri dan kanan tentang demokrasi perwakilan menyangkut pemisahan antara norma-norma dan teori demokrasi, di satu sisi, dan konfigurasi politik dan konstitusional aktual dari negara konstitusional modern, di sisi lain. Sederhananya, kritik itu bermuara pada klaim bahwa demokrasi kita tidak cukup demokratis.

Kritik ini sering dibingkai sebagai serangan terhadap demokrasi liberal dan penolakan terhadap lembaga independen dan teknokratis, seperti pengadilan, bank nasional, dan organisasi supranasional, dengan alasan bahwa ini tidak mewakili melainkan melawan kehendak rakyat. Dengan cara ini "demokrasi" dilucuti dari bentuk statis dan institusionalnya, dan 'rakyat' meta-fisik dan imajiner menjadi tongkat yang digunakan oleh populis untuk digunakan melawan siapa pun yang tidak setuju dengan mereka.

Simpulannya adalah ketertiban negara tergantung pada loyalitas dan kepercayaan yang dimiliki warga negara terhadap institusi politiknya dan institusi tersebut   berhak mendapatkan loyalitas dan kepercayaan dari warganya, karena menjamin kebebasan politik. Inilah yang dimaksud Dolf Sternberger dengan istilah (patriotisme konstitusional). Dan patriotisme, sebagaimana dipahami dalam pemikiran etis, pada dasarnya menyangkut konstitusi komunitas politik: "Hukum dan kebebasan;  itulah esensi dari negara konstitusional." Makna asli dari (patriotisme konstitusional) ini sejak itu telah diubah oleh Jurgen Habermas   sesuai dengan proyek kosmopolitannya, proyek demokrasi pasca-nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun