Kierkegaard mengilustrasikan salah satu paradoks esensial, atau yang tampaknya mustahil, dari etika. Sistem etika terdiri dari aturan-aturan yang dibuat untuk meningkatkan kesejahteraan sekelompok besar orang. Namun, terkadang aturan benar-benar merugikan orang, dan mengikuti aturan dapat membantu satu orang tetapi merugikan sepuluh orang. Sistem etika diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi manusia tidak memiliki kemampuan untuk melihat ke masa depan.Â
Oleh karena itu, tidak ada yang bisa sepenuhnya yakin bagaimana mencapai tujuan yang diinginkan ini. Iman kepada Tuhan menjawab ketidakpastian ini karena menghilangkan beban prediksi.Â
Keyakinan melibatkan penangguhan teleologis dari etika, di mana iman memungkinkan seseorang untuk percaya  tindakan yang tidak etis sebenarnya akan menghasilkan hasil yang lebih baik. Hanya manusia yang tidak memiliki akses ke informasi semacam ini, hanya Tuhan yang memilikinya.Â
Oleh karena itu, manusia harus menaruh kepercayaan kepada Tuhan setiap kali hal tersebut bertentangan dengan sistem etika masyarakat. Keputusan untuk melakukan ini menimbulkan kecemasan karena seseorang tidak akan pernah tahu apakah dia telah lulus ujian sampai ujian selesai. Kierkegaard menganggap kecemasan adalah perasaan negatif, namun itu bisa dianggap sebagai tanda positif  seseorang sedang mengejar hubungan yang benar dengan Tuhan.// bersambung//