Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Episteme Pendidikan Intelligence Keamanan Negara [4]

27 Juni 2019   00:03 Diperbarui: 27 Juni 2019   00:33 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Episteme Pendidikan Intelligence Keamanan Negara [4]

Intelligence, International Security adalah isu penting dihadapi dunia global dan adanya  tren yang terus membentuk intelijen dan perkembangan geo-strategis di abad ke-21. Kompetensi SDM yang melampaui [beyond] perlu dilakukan demi terciptanya martabat manusia universal untuk semua stakeholders memiliki  kesadaran tentang cara di mana masalah intelijen memanifestasikan diri dalam masalah keamanan dalam perdamaian dan perang. 

Hakekat  Intelligence & International Security adalah upaya memperjuangkan dan mempertahankan dunia yang adil dan beradab maka pemahaman tentang dilema etika yang terkait dengan aktivitas intelijen  mendapatkan pemahaman yang baik.

Dokpri
Dokpri
Knowledge merupakan perpaduan antara "rasionalisme dan empirikme atau koherensi dan konsistensi" atau perpaduan antara logika (apriori/non sensual) dan (deduksi/normatif) disebut deducto hypothetico. Kedua konsep ini disebut DUALISME (deducto hypothetico-empirico verification) di sebut scientific method. 

Knowledge berhubungan dengan kepercayaan tentang dunia external tentang pertalian dengan ingatan, dalam konteks fungsi sains, knowledge berada pada tatanan aspek epistimologinya. Cara mendapat knowledge melalui rasionalisme, pengalaman, empirisme, intuisi. Knowlegde adalah aspek anatomi ilmu terdiri fenomena, konsep, konstruk, definisi, proposisi, fakta, teori.

Logika [Intelligence] atau aspek kognitif  adalah studi tentang konsekuensi, dan informasi adalah komoditas. Dengan adanya ini, keterkaitan antara logika dan informasi akan berpusat pada konsekuensi informasi dari tindakan logis atau operasi yang dipahami secara luas. Secara umum intelligent berhubungan kemampuan fakultas akal budi, pada  logika klasik atau  "logika yang benar". Biasanya, logika terdiri dari bahasa formal atau informal bersama dengan sistem deduktif dan / atau semantik teoritik-model. 

Sistem deduktif adalah untuk menangkap, mengkodifikasi, atau hanya merekam argumen yang valid untuk bahasa yang diberikan, dan semantiknya adalah untuk menangkap, mengkodifikasikan, atau merekam artinya, atau kondisi kebenaran untuk setidaknya bagian dari bahasa.  Sebuah argumen valid jika tidak ada interpretasi (dalam semantik) di mana premisnya semua benar dan kesimpulannya salah. Ini mencerminkan pandangan lama bahwa argumen yang valid adalah menjaga kebenaran.

Konsekwensi logis logika ini akan menghasilkan kontribusi terhadap logika informal sering membahas aspek-aspek spesifik dari penalaran ilmiah, hukum, dan khusus lainnya, tetapi tujuan utamanya adalah penjelasan umum argumen yang dapat digunakan untuk menjelaskan dan mengevaluasinya dalam konteks refleksi, penyelidikan, sosial dan politik diskusi, berita, blog dan editorial, periklanan, komunikasi korporat dan institusi, dan pertukaran antarpribadi.

Tulisan ini adalah satu rangkaian dengan tulisan sebelumnya pada tulisan [1,2,3]  yang dipublikasikan pada Kompasiana. Analisis ini memiliki benang merah dalam sebuah rangkaian rerangka pemikiran dalam upaya mencari status episteme Pendidikan Intelligence dan Martabat Manusia.

Ke [8] Episteme Intelligence Bidang Kajian Undercover.   Pada uraian sebelumnya saya sudah menerangkan pentingnya pemahaman ilmu Undercover dikuasai pada pendidikan punggawa Negara khususnya intelligent. 

Bagimana hal ini dapat dilakukan. Tidak ada standar baku, dalam pembahasannya.  Kurikulum selalu baik dalam tatanan, tetapi sering tidak cocok dengan situasi factual. Saya menjelaskan setidaknya pokok-pokok inti penguasan episteme ilmu undercover ini supaya bisa dipahami. Katakanlah substansi kondisi atau analisis tentang "suatu X".  Maka bagimana memahami secara undercover. Pendekatannya harus memenuhi kriteria [beyond]. Kita bisa memakai Kuantitas, Jumlah diskrit. Aristotle menyatakan Bidang Kajian Undercover sebagai  baru disebut menadai jika memiliki 3 kaidah yakni Techne Dianoia, Phronesis Dianoia, Episteme Dianoia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun