Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Seni Mimesis [93]

21 Desember 2018   00:10 Diperbarui: 21 Desember 2018   01:13 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat Seni Mimesis Heidegger (93)

Heidegger menyatakan kita dapat melampaui estetika modern jika, dimulai sebagai pengalaman estetik biasa dari sebuah objek  lukisan Van Gogh tentang sepasang sepatu berdiri di hadapan kita (seolah-olah eksternal dari subjektivitas sendiri), dan hati-hati memperhatikan bagaimana sepatu-sepatu ini terbentuk terhadap latar belakang dinamis yang tidak menarik.

Tidak ada" yang dipikirkan kembali sebagai "bumi", latar belakang yang sama sekali tidak ada apa pun, melainkan mendukung dan melampaui dunia yang dapat dimengerti yang muncul. Pengalaman tentang objek estetika melampaui dirinya karena, untuk menghadapi karya seni Van Gogh dalam kekayaan fenomenologi dengan mengakui perjuangan antara "bumi dan dunia" dipertahankan dalam lukisan. Tidak bisa lagi mendekati arti pekerjaan ini seolah-olah makna ini sepenuhnya terkandung dalam objek eksternal  berdiri terpisah.

Pertemuan fenomenologis kita dengan lukisan Van Gogh menunjukkan kepada   maknanya tidak terletak sepenuhnya di objek yang berdiri di atas kita atau  hanya diproyeksikan oleh subjektivitas ke sebuah karya yang tak berarti secara inheren; makna karya itu bukannya harus dicapai tanpa cela dalam keterlibatan kita sendiri dengan pekerjaan.

Melalui keterlibatan  dengan lukisan Van Gogh, Heidegger menyarankan,  dengan  menghadapi negosiasi dengannya sudah memahami dunia. Sangat penting bagi Heidegger tidak menafsirkan kembali pertemuan ini sebagai pemahaman kognitif dan persepsi subjek tertentu pada dunia obyektif. Apa yang kita temui dalam seni adalah sesuatu yang lebih berakar dalam eksistensi yang dikotomi sepatu subjek  objek.

Perjumpaan  dengan pekerjaan mengajarkan makna itu tidak hanya terjadi pada objek seni atau subjek penayangan tetapi sebaliknya terjadi,  dapat mengatakan, di antara kita dan pekerjaan.

Sekali lagi, adalah kebenaran ontologis ; benar adanya (manusia) pada umumnya. Menjadi Dasein (manusia) adalah menjadi "makhluk  diantara', sebagaimana Heidegger pertama kali memasukkannya pada tahun 1925. Ini berarti perjumpaan kita dengan lukisan Van Gogh membantu menyadari dan menjadi apa kami.

Sebab, apa yang diperjuangkan dalam seni adalah pemahaman kita tentang tempat di mana kita menemukan diri kita, "pengungkapan dunia" yang mendasar yang selalu sudah bekerja dalam "eksistensi" manusia, wujud kemampuan kita untuk memahami. Untuk Heidegger, lukisan Van Gogh memungkinkan  untuk secara gamblang menemukan apa yang sudah kita miliki, paling mendasar, tetapi tanpa menyadarinya  yaitu, Dasein, "berada di sini," aktif membuat tempat yang jelas di mana kita menemukan diri kita.

Seni mengajarkan untuk menjadi apa yang sudah kita miliki dengan memungkinkan secara jernih menjalani transisi dari memahami dan mengalami diri kita sebagai subjek yang menganugerahkan makna melawan dunia obyektif untuk mengakui bahwa, pada tingkat yang lebih dalam, kita selalu secara implisit berpartisipasi dalam pembuatan -mengerti tentang dunia kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun