Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Diogenes dari Sinope, dan Manusia Indonesia

10 Juni 2018   04:26 Diperbarui: 10 Juni 2018   04:32 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Lalu apa yang menjadi modalitas Diogenes dari Sinope untuk pencarian identitas manusia  Indonesia, yang mungkin masih relevan bagi bangsa ini:

Pertama (1) apapun dimanapun manusia berada maka pengendalian diri internal sendiri untuk pengendalian diri menjadi manusia Ugahari (arte), dapat mengendalikan hastrat produksi uang, dapat mengendalikan harga diri, dan tidak mengikuti pentingnya status social. Bahkan satu gelaspun tidak diperlukan untuk menopang kebahagian hidup manusia. Rela melakukan demi nilai menjadi manusia Ugahari (arte).

Kedua (2) Diogenes dari Sinope bahwa sopan santun adalah topeng manusia untuk menyembunyikan sifat watak aslinya. Mirip dengan sikap mantan Gubernur DKI beberapa waktu lalu. Bagi Diogenes dari Sinope kejujuran dalam tutur kata yang brutal didepan kelas social ekonomi, bahkan Diogenes dari Sinope bisa melakukan kencing depan manusia lain dan tidak menyembunyikan sesuatu atas nama sopan santun. Itulah mental dokrin Diogenes dari Sinope tentang makna "sikap transparansi tindakan" elemen semacam GCG atau good governance fairness saat ini. Itulah definisi identitas manusia Diogenes dari Sinope. 

Metafora inilah disebut Diogenes dari Sinope ["Aku mencari manusia ditengah pasar yang ramai disiang hari bolong"]. Jika mengandaikan manusia bersembunyi atas nama sopan santun tidak berkata apa adanya secara radikal tentang otentik dan kebenaran hanya lah manusia pemimpi (manusia palsu). 

Saya menduga ide ["Aku mencari manusia ditengah pasar yang ramai disiang hari bolong"] Diogenes dari Sinope berkontribusi pada alegori Gua Platon dalam buku Republic atau Allegory of the Cave. Sekalipun beberapa warga Athena menduga sakit jiwa, namun Diogenes dari Sinope menjalani praktik hidup apa adanya (mirip tokoh Indonesia Mbah Surip (Urip Achmad Ariyanto 6 May 1957--4 August 2009)  berani melakukan apa yang dianggap manusia Ugahari (arte) seusai tuntutan jiwanya.  

Ketiga (3) Diogenes dari Sinope berkontribusi untuk bersikap apa adanya, mengatakan atasan salah, negara salah, raja salah,  pendidik salah. Sikap berani adalah sebuah keniscahayan bagi Diogenes dari Sinope tanpa kepentingan apapun, dan menginginkan apapun dengan mengabaikan etika sopan santun bahkan berani menantang Platon, ataupun Alexander Agung sekalipun dengan mengusirnya untuk tindak melindungi cahaya matahari saat Diogenes dari Sinope sedang berjemur. Jawaban Alexander Agung dan apresiasinya pada sikap Diogenes dari Sinope. Sampai Alexander Agung  menyatakan saya ingin seperti filsuf Diogenes dari Sinope.

Keempat (4) Diogenes dari  Sinope, diundang makan pesta Aristokrat atau elit negara dan politik Athena, kemudian dilempar tulang sisa makanan, dan memanggilnya "anjing", maka tanpa segan Diogenes dari Sinope membalas dengan mengangkat salah satunya (meniru gaya anjing) kemudian membalas para elit Aristokrat dengan membuang air kencing dihadapan dan kepada mereka. Masyarakat Yunani Kuna sangat mencintai sikap konsistensi kejujuran Diogenes dari Sinope. 

Maka bagi identitas manusia Indonesia dokrin sikap Diogenes dari Sinope yang dapat ditransformasikan adalah "bersikap konsisten" didepan apapun kondisi apapun (mirip tokoh Indonesia Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Hoegeng Imam Santoso, Baharuddin Lopa, S.H., atau sikap Nurcholish Madjid, atau kasus Kali Code Romo Yusuf Bilyarta Mangunwijaya).

Kelima (5) Identitas manusia Indonesia  jika ditransformasi pada pelajaran sikap konsistensi Diogenes dari  Sinope. Pada suatu keadaan ada anak pemuda Athena masuk dalam tong sampah bekas anggur sebagai satu-satunya rumah milik Diogenes dari  Sinope. Kemudian anak ABG Athena itu memukul, dan membuat rusak rumah tinggal milik Diogenes dari  Sinope, kemudian oleh penduduk Athena dicari pengganti yang lebih baru, maka dengan sikap konsisten milik Diogenes dari  Sinope menolak dan tidak mau menerima pemberian tersebut dengan alasan ["harta benda asset atau property adalah sebuah jebakan"]. 

Berbeda sekali dengan sikap Para Punggawa Indonesia (dari bupati walikota, gubernur, menteri, anggota DPR/D, dua manusia Ketua MK, atau kasus E-KTP, Hambalang, Bank Century, pengurus elit partai Politik, atau kasus paling diluar akal sehat korupsi misalnya Komisi VIII Terima Uang Korupsi Alquran  proyek penggandaan Alquran 2011-2012). Pejabat public Indonesia dan pada kasus OTT KPK terus meningkat, atau dengan fasilitas pejabat public mewah dari Pajak rakyat, adalah berlawanan dengan sikap mental dilakukan oleh milik Diogenes dari  Sinope bahwa alasan ["harta benda asset atau property adalah sebuah jebakan"].

Keenam (6) Identitas manusia Indonesia  jika ditransformasi pada pelajaran sikap konsistensi Diogenes dari  Sinope, adalah ["kebebasan berbicara pada logika (deduksi induksi) fakta data emprik tanpa kata-kata bertopeng"]. Misalnya Kompas.com - 28/06/2015, 19:01 dengan judul "Johan Budi: Transaksi Korupsi Berkedok Umrah Bareng demi Hindari KPK",  atau pada berita harian Kompas.com - 15/02/2018, 03:45 WIB dengan judul "Bupati Subang: Sumpah Demi Allah, Saya Tidak Terima Uang Apapun". Tetapi faktanya dua contoh ini identitas manusia Indonesia tidak memiliki ["kebebasan berbicara pada logika (deduksi induksi) fakta data emprik tanpa kata-kata bertopeng"].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun