Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Money

Trans-subtansi Pemikiran Joseph Butler Pada Sikap Mental Independensi Auditor

21 Februari 2018   01:47 Diperbarui: 23 Februari 2018   10:03 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trans-subtansi Pemikiran Joseph Butler Pada Sikap Mental Independensi Auditor (seekingalpha.com)

Trans-Substansi Pemikiran Joseph Butler Pada Sikap Mental Independensi Auditor

Pada tulisan sebelumnya saya sudah menguraikan tindakan (moral) Joseph Butler  (1692--1752), filsuf Inggris dan ulama gereja Anglikan.  Problem umum pada simpulan penelitian terdahlu adalah: terdapat 3 kencendrungan umum sikap mental auditor: (1) kecenderungan dominasi pada dorongan-dorongan kehendak buta spontan sebagai tindakan animalisasi manusia, (2) kecenderungan dorongan-dorongan spontan ketidakcukupan repleksi dan  kurangnya posisi pengambilan  jarak  sehingga jiwa rasional  dapat menjadi media evaluasi tindakan, (3) kecendrungan belum bijaksana kemampuan untuk  membedakan dan menyamakan antara egosime positif  dan negatif. Artinya dibutuhkan sikap egoism positif  untuk menjaga harmoni kesimbangan kepentingan diri sendiri, dengan kliennya. Inilah konsep pemikiran Joseph Butler  pentingnya kita "Mencintai  Diri  Sendiri  Dengan  Tenang {"Cool Self  Love"}.

Lalu {"BagimanaImplikasi Mencintai Diri Sendiri Dengan Tenang untuk sikap Mental Independensi Auditor"}.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa {"kecenderungan (1) sebanyak 30%, kecenderungan (2) sebesar 60%, dan kecenderungan (3) sebesar 10% "}. Maknanya kata "kecendrungan" artinya tidak mutlak, karena itulah penting untuk dilakukan riset menggunakan pooled data dan waktu pengamatan yang lebih lama,supaya diperoleh generalisasi yang memadai. Sekalipun demikian kecendrungan ini cukup menggangu, silakan tafsir sendiri.

Pertama, saya menduga ada hasil penelitian ini ada perbedaan kecendrungan berbeda-beda disebabkan oleh mekanisme pada profesi audit itu sendiri yakni dibayar tetapi diminta independen pada opininya. Kondisi yang menempatkan paradoks pada pekerjaan ini. Wajar paradoks ini terjadi karena dalam perspektif "theory agency" disebutkan adanya cost monitoring. Artinya memang auditor di bayar oleh principles untuk mengawasi perilaku agent, agar visi misi perusahaan dapat diwujudkan.

Kedua, kuat dugaan pola kecendrungan ini dipengaruhi oleh ukuran KAP, (sekali lagi tidak mutlak). Hanya saja posisi auditor dihadapkan pada 3 pilihan, (a) auditor mencari membutuhkan klien, (b) klien mencari membutuhkan auditor, (c) saling mencari membutuhkan. Jika posisi KAP klien yang membutuhkan maka ada kemungkinan sikap mental independen dapat diwujudkan. Namun demikian di Indonesia rasanya sulit kondisi ini terjadi, selalu terjadi sebab akibat pada mekanisme transaksional permintaan, dan penawaran dalam perikatan pekerjaannya. Tentu saja ada UU No. 5 tahun 2011 yang mengatur segala konsekwensinya hak, kewajiban KAP. Tetapi mesti diingat manusia baik atau buruk, jika manusia itu baik maka peraturan tidak diperlukan lagi, jika manusia jahat maka peraturan tidak mampu mencegahnya.

Ketiga, auditor yang idial adalah mengacu pada konsep Butler  (1692--1752) dalam praktik yakni mengambil  sikap egoism positif  untuk menjaga harmoni kesimbangan kepentingan diri sendiri, dengan kliennya belum terwujud secara memadai, mungkin disebabkan pengaruh pada pemikiran filsafat tanggungjawab pada wajah manusia dari Emmanuel Levinas (1906-1995), sudah menjadi semacam budaya dalam praktik audit.

Keempat, secara umum auditor memiliki tugas dilema, karena itu sikap mental independen otonom bersuara hati (jiwa rasional) dan menilai keadilan belum menjadi pola umum. Atau belum mengkontemplasikan pesan Aristotle, bahwa "dengan mutu kerja terbaik, akan menciptakan nama baik atau reputasi", sebagai sikap mental yang wajib dimiliki tanpa syarat dalam tindakan auditor. Dan selanjutnya menarik diri menjadi sikap egoism positif  sesuai konsep "Butler" pada saat mengambil keputusan. Tentu saja dengan berpedoman pada bimbingan cahaya bening dan transparan mewujudkan kodrat manusia secara universal. ***)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun