Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lagi-lagi soal Ganja

2 Februari 2020   01:59 Diperbarui: 3 Februari 2020   17:20 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah runtuhnya kerajaan fiktif Sunda empire di tangan Polda Jawa Barat baru-baru ini, tak lama, muncul lagi pernyataan yang menggemparkan media saat ini, yaitu soal pernyataan Rafli Kande seorang Anggota Komisi VI DPR F-PKS yang menyebutkan;

"Saya rasa ganja harus jadi komoditas ekspor.entah untuk kebutuhan farmasi atau apa aja, jangan kaku lah kita harus dinamis. Ganja ini tumbuhnya muda di Aceh'' ungkapnya.

Terjadi polemik dari pernyataan tersebut dan menuai pro dan kontra dari semua kalangan, bahkan Fadjroel Rahman seorang juru bicara presiden mengatakan  " kami tidak ingin memberikan pendapat langsung sebelum mencoba mempelajarinya"

Dari kata-kata yang sudah  di garis bawahi di atas, seakan-akan mereka akan bergegas melakukan penelitian tentang ganja, apakah itu hanya untuk sekedar ingin  memuaskan hati para pembaca seakan-akan pemerintah hendak bertindak?

Padahal sebelumnya Yayasan Sativa Nusantara (YSN) sudah mengusulkan penelitian tanaman ganja di ahkir era pemerintahan presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono namun sampai rezim tersebut berganti menjadi pemerintahan Jokowi permohonan tersebut belum di setujui.

 Sengaja atau hanya pura-pura tidak tahu, sebuah tindakan pemerintah saat ini terhadap permohonan penelitian tanaman ganja. terdapat indikasi yang menyebutkan penelitian ganja untuk medis bisa mengancam kepentingan bisnis farmasi yang ada di bangsa ini.

Pemerintah ada terlibat di dalam bisnis pengadaan obat impor dengan farmasi asing. itu sebabnya sampai saat ini penelitian tersebut tidak pernah di dukung dan di setujuin oleh pemerintah.

Padahal Obat dari tanaman ganja jauh lebih murah dan alami ketimbang obat-obat kimia produk industri farmasi. Apalagi saat ini sebanyak 90 persen obat di Indonesia bahan baku impor yang berharga mahal.

Namun sebaliknya,

Profesor Musri Musman, seorang peneliti tanaman ganja dari Universitas Syiah Kuala ( Unsyiah) Banda Aceh mengatakan bahwa dari berbagai riset dan penelitian tumbuhan ganja mengandung 1.262 senyawa. 

Salah satunya adalah minyak ganja Cannabidiol (CBD) yang berguna bagi kebutuhan medis. Apalagi, kualitas minyak ganja di Aceh berbeda dengan di daerah lain.

"Kandungan CBD-nya itu, kita punya komparatif yang tidak bisa dipenuhi oleh negara lain. Tanaman ganja tidak perlu pupuk. Dari hasil tanaman itu, masyarakat bisa menyuling sendiri hingga mengeluarkan minyak, "Minyak inilah yang berharga. 10 mililiternya bisa mencapai USD 60. Dengan demikian, Aceh memiliki sesuatu yang tidak bisa dipenuhi negara lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun