Mohon tunggu...
Bakrie Ahmad Faada
Bakrie Ahmad Faada Mohon Tunggu... Ilmuwan - Yakusa

Pemikir bebas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Soft Power Influence di Media Sosial sebagai Upaya Penguatan Persatuan Politik Umat Islam

28 Januari 2020   11:05 Diperbarui: 28 Januari 2020   11:08 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persatuan jadi barang mahal bagi faksi-faksi politik Islam di Indonesia. Pasca bersatunya kekuatan politik Islam di partai Majelis Syuro Muslmin Indonesia (MASYUMI), belum ada lagi kekuatan politik yang sebesar itu baik dari segi massa, pengaruh, dan emosi yang betul-betul merepresentasikan semangat politik umat Islam Indonesia. 

Walaupun, partai politik Islam tidak pernah memenangi konstestasi politik pada Pemilihan Umum. Namun, sejarah pada Pemilu 1955, menunjukkan besarnya kekuatan politik Islam pada masa itu dimana Masyumi memperoleh 20,9% kekuatan di parlemen dan Nahdlatul Ulama memperoleh sebesar 18,4%. 

Sebetulnya, Masyumi dapat menjadi pemenang pada saat itu, namun konflik yang terjadi dalam kubut partai pada Kongres Tahun 1949, yakni keluarnya Nahdlatul Ulama dari Masyumi adalah salah satu penyebabnya.

Setelah itu belum ada lagi kekuatan politik sebesar itu yang merepresentasi political interest umat Islam. Kekuatan politik Islam semakin tereduksi, tidak memiliki daya tawar, dan akhirnya menjadi gerakan politik yang termarjinalkan. Setiap gerakan politik yang mengatasnamakan Islam selalu ditumpas dengan memberikan cap sebagai upaya penguatan paham "radikalisme". 

Serangan politik ini, memiliki dua bahaya. 1) Upaya diskriminasi dari oligarki 2) Makna radikalisme terdistorsi, mendekati makna ekstrimisme. Padahal radikalisme memiliki akar kata dalam bahasa Latin "radix" yang artinya akar, berarti gerakan radikalisme adalah kumpulan dari gerakan-gerakan yang mengakar.

Diperlukan sebuah instrumen untuk merubah keadaan ini, apalagi dengan pesatnya perkembangan teknologi lewat revolusi industri 4.0 dan tantangan globalisasi. Generasi muda Islam harus diedukasi dan diberikan pemahaman nilai-nilai ke-Islaman. Lalu media apa yang dapat mengembalikan kepercayaan diri pemuda Islam dalam membuat sebuah gerakan politik. 

Ya, media sosial. Bedasarkan data Wearesosial pada Tahun 2019, pengguna internet Indonesia sebanyak 150 juta dan pengguna aktif media sosial sebanyak 150 juta pengguna sebagaimana yang ditunjukkan pada data di bawah ini.

katadata.com
katadata.com
Alasan selanjutnya mengapa media sosial menjadi cara yang ampuh karena akan ada ada sebuah legitimasi publik yang diwakili kaum muda millenial melalui proses transfer antara massa dan elit politik sebagaimana dikatakan oleh Habermas. Melalui soft power influence juga lah dapat dirangsang sebuah gerakan nasional. 

Kita tahu bahwa sebuah gerakan politik dapat ditumpas dengan mudah apabila belum menasional. Sebagaimana gerakan DI/TII yang diinspirasi oleh Kartosuwiryo, yang belum menasional dan mampu ditumpas. Kita harus melihat gerakan politik Sarekat Islam yang telah menasional. 

Maka dari itu, perlu adanya semangat bagi generasi muda Islam untuk menguasai sektor-sektor perkembangan teknologi, apalagi teknologi informasi.Gerakan tersebut jangan diinspirasi dari post-truth melainkan melalui penanaman-penanaman nilai-nilai kebaikan, persatuan, dan perdamaian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun