Mohon tunggu...
Baihaqi Ihsan
Baihaqi Ihsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tim MMD-UB 934 Berikan Sosialisasi dengan Fokus Pengembangan Potensi Peternak di Desa Tengger Wetan

13 Agustus 2023   13:30 Diperbarui: 18 Agustus 2023   14:23 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim MMD-UB 934 melakukan kegiatan sosialisasi pengembangan potensi peternak di Desa Tengger Wetan. (Sumber: Dokumentasi MMD-UB 934)

Kompasiana - Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan oleh Tim Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya Kelompok 934 di Desa Tengger Wetan, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, bahwa kondisi peternakan didapatkan dalam kondisi yang kurang optimal. Hal tersebut dikarenakan banyaknya peternak yang masih baru memulai di bidang peternakan serta kurangnya pemahaman yang mendalam terkait hal tersebut.

Kondisi kandang peternakan yang kurang memadai, dimana konstruksi kandang sendiri kurang sesuai dengan prinsip animal welfare atau kesejahteraan hewan ternak yaitu rangka kandang dalam kondisi terbuka di keseluruhan sisi, tempat pakan yang tidak dibersihkan secara teratur, serta  lantai yang masih tanah sehingga berkarakteristik cenderung licin dalam kondisi basah dan susah dibersihkan, sehingga dapat menyebabkan bertumbuhnya parasit yang dapat menimbulkan berbagai penyakit pada sapi, seperti penyakit kuku, dan penyakit lainnya. 

Lokasi kandang yang dibangun sebagian besar berada di sisi depan maupun samping rumah, tak jarang letaknya menyatu dengan dinding rumah. Hal tersebut dapat memicu timbulnya penyakit pada hewan ternak yang dapat bersifat zoonosis atau menular pada manusia.

Salah satu kondisi kandang ternak yang ada di Desa Tengger Wetan. (Sumber: Dokumentasi MMD-UB 934)
Salah satu kondisi kandang ternak yang ada di Desa Tengger Wetan. (Sumber: Dokumentasi MMD-UB 934)

Selain itu, dalam penanganan limbah kotoran ternak masih belum maksimal. Kotoran yang telah menumpuk umumnya akan dikumpulkan pada karung dan ditimbun di dekat kandang dalam waktu yang cukup lama hingga jumlahnya banyak. 

Cara penanganannya ditemukan dalam dua cara yang berbeda, yaitu kotoran ternak yang sudah kering langsung diaplikasikan pada tanaman tanpa diolah terlebih dahulu serta kotoran ternak yang setengah kering dibakar terlebih dahulu kemudian diaplikasikan pada tanaman tanpa diberi bahan tambahan lain.

Hal tersebut mendorong Tim MMD UB Kelompok 934 untuk mengangkat tema Peningkatan Kualitas Peternak Indonesia guna Mewujudkan Peternak Lokal Berdaya Saing Global yang dikemas dalam bentuk sosialisasi untuk membantu peternak meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola peternakan secara lebih efisien dan produktif.

Dalam sosialisasi Tim MMD Tika menyampaikan terkait manajemen perkandangan yang baik dan lingkungan kandang yang baik. “Konstruksi kandang yang baik dan sesuai dengan animal welfare atau kesejahteraan ternak akan menjadikan hewan ternak nyaman dalam bertingkah laku sehingga ternak tidak mengalami stress dan tidak mudah terkena penyakit.” (Selasa/11/07/23).

Kondisi ternak yang sehat dapat menunjang produksi ternak yang baik, sehingga pemanfaatan hasil produksi ternak dapat optimal. Seperti yang disampaikan oleh Tim MMD Tiara terkait penyediaan daging yang ASUH (Aman. Sehat, Utuh, Halal) “Pemanfaatan daging ternak utamanya adalah untuk konsumsi, sehingga perlu memerhatikan kualitas daging yang baik dan dapat dipastikan daging bebas dari zat yang membahayakan manusia.” (Selasa/11/07/23).

Penanganan limbah kotoran ternak yang efektif adalah dengan mengolah kotoran menjadi bahan yang lebih bernilai guna, seperti yang disampaikan Tim MMD Dita terkait Pemanfaatan Limbah Ternak Menjadi Kompos yaitu “Dengan melihat kondisi penanganan  limbah yang hanya ditimbun dan kurang memiliki nilai guna, kami menawarkan solusi dengan memanfaatkan limbah kotoran sapi atau kotoran kambing sebagai bahan utama kompos dan beberapa bahan pengkaya lain seperti limbah dedaunan dan slamper (kulit ari jagung) yang terdapat didesa supaya lebih bermanfaat untuk dijadikan pupuk kompos.” (Selasa/11/07/23).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun