Mohon tunggu...
Bahrul Wijaksana
Bahrul Wijaksana Mohon Tunggu... Relawan - Profesional dalam bidang transformasi konflik, memiliki ketertarikan khusus pada isu-isu perdamaian, toleransi, pengambangan budaya damai.

Tinggal di Cirebon, saat ini adalah mahasiswa Magister Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta. Menekuni bidang pengembangan budaya perdamaian.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Trump Versus Twitter: Words Lives Matter

15 Januari 2021   11:01 Diperbarui: 18 Januari 2021   10:04 1601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(AP/PATRICK SEMANSKY via KOMPAS.COM)

Akan sangat sulit sekali membayangkan komunikasi tanpa ada bahasa di dalamnya. Sangat sulit menjelaskan bagaimana nalar yang abstrak dijelaskan tanpa bahasa (Potter dan Wetherell, 1987).

Dari argumen keduanya kita mengetahui bahwa PD adalah bagian dari aras besar konstruksi sosial yang menekankan pentingnya mempelajari bagaimana orang -dalam beragam konteksnya- berperilaku, dan dengan demikian mengkonstruksi dunianya. Mengikuti prinsip-prinsip dasar konstruksi sosial, DP memiliki beberapa ancangan utama, seperti;

1. Diskursus dikonstruksi (constructed) sekaligus mengkonstruksi (constructive) pengetahuan. PD melihat pengetahuan kita tentang dunia (Heidegger menyebutnya sebagai "Life World") diciptakan oleh praktik-praktik sosial sehingga ia bersifat historis, berbeda berdasarkan situasi budaya dan bersikap kritis terhadap pengetahuan-pengetahuan yang dianggap telah diterima begitu saja (Burr, 2005).

Dengan kata lain, PD seperti pendekatan kritis lainnya ingin menantang dan memeriksa kembali pengetahuan-pengetahuan yang telah kita anggap sebagai nalar bersama. PD mengkonsentrasikan studinya pada bagaimana kita bicara dan menulis tentang dunia, dan bagaimana "dunia" itu dikonstruksi. 

Apa yang diterima sebagai pengetahuan kemudian dianalisis secara kritis dan dilihatnya sebagai produk dari praktik-praktik sosial dan budaya, seperti cara orang berpikir, bicara dan berperilaku dan mengapa terdapat perbedaan dalam konteks sosial budaya dan situasi tertentu, serta bagaimana konsekuensi dari pengetahuan tersebut pada orang lain.

Diskursus juga turut mengkonstruksi berbagai versi tentang dunia dan pengetahuan dari cara kita menilai seseorang, satu kelompok, satu kejadian, negara, ideologi-politik atau organisasi. 

Kemampuan diskursus untuk mengkonstruksi dunia membawa kita pada perbedaan versi atas realitas (Wiggins, 2006). PD kemudian berusaha untuk menguji perbedaan-perbedaan versi dunia dan perbedaan implikasinya pada konteks tertentu sebuah diskursus diproduksi.

2. Wiggins (2006, p31) berargumen diskursus tergantung pada situasi (discourse is situated) dan hidup dalam konteks khusus. Diskursus, selain dikonstruksi dan mengkonstruksi, dia juga akan dilihat secara berbeda dalam dunia tertentu, waktu tertentu, kejadian yang melingkupinya dan konteks relevannya. 

Analisis terhadap konteks dapat dilakukan melalui tiga cara. Pertama, bagaimana ia diproduksi pada konteks yang spesifik sebuah diskursus diproduksi. Lihat contoh penghapusan akun Trump di atas, Twitter melihat pada konteks spesifik cuitan seperti; kekerasan di Capitol Hill, penolakan hasil pemilu dan dampak orasinya di depan pendukungnya. 

Kedua, diskursus dapat dilihat melalui kerangka retorikanya (rhetoric framework) karena selalu ada ragam interpretasi terutama jika diskursus itu tidak secara eksplisit diungkapkan.

Cuitan Trump tentang keputusannya untuk tidak hadir dalam pelantikan ditafsirkan Twitter sebagai penolakan terhadap hasil pemilihan yang legal dan sesuai hukum. Twitter bahkan mengkhawatirkan cuitan itu akan ditafsirkan sebagai "dukungan" bagi serangan gelombang kedua yang dilakukan pendukungnya dan tanggal pelantikan akan menjadi sasaran yang aman karena Trump tidak akan hadir di sana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun