Mohon tunggu...
Mikchel Naibaho
Mikchel Naibaho Mohon Tunggu... Novelis - Pembaca. Penjelajah. Penulis

Pegawai Negeri yang Ingin Jadi Aktivis Sosial

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lahirnya Fakly Zonk

27 Februari 2018   22:05 Diperbarui: 27 Februari 2018   22:07 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dulu Ayahku pemuja Karl Marx. Meski hanya mengenal dari buku dan cerita-cerita orang, ayahku bisa begitu cinta pada Marx," kata Fakly membuka bincang-bincang yang diselenggarakan sebuah stasiun televisi swasta. Bincang-bincang itu diselenggarakan bersamaan dengan launching bukunya. "Kami sehati sepikiran," lanjutnya menirukan ayahnya. "Jika tak bertemu dengan ibumu, mungkin kami akan menikah."

            Fakly membuka bincang-bincang bertema 'Lahirnya Fakly Zonk' itu dengan mengenang ayahnya yang sering menceritakan kisah perjalanan hidupnya ketika menemani anak sulungnya itu sebelum tidur.

Ada pengalaman misterius yang membuat ayahnya begitu mencintai Marx. Di suatu malam, ia bermimpi bertemu dengan Marx lalu berbicara tentang agama dan perjuangan kelas. Mereka mengutuk para kapitalis dan menertawai para kaum kaya yang seolah bisa mengatur semua orang karena banyaknya uang. Paginya, ia tertawa puas. 

Ia bahagia sekali Marx bisa datang ke mimpinya. "Kaum buruh, bersatulah!" teriaknya seraya bangkit dari tempat tidur. Namun siangnya, ia bertemu dengan seorang perempuan bak bidadari yang menyilaukan mata. Kelak, perempuan itu akan menjadi istrinya.

            Cerita sebelum tidur itu selalu membayangi Fakly. Cerita itulah yang menjadi pemompa ketika semangat hidupnya kempes bak ban motor yang terkena paku. Dia selalu suka memakai perumpumaan tentang 'ban motor yang kempes' itu.

            Hidup ini ibarat ban kempes. Ada orang yang menabur paku, ada orang yang sial, ada yang nambal. Semua orang pasti melalui tahapan itu. berusahalah agar kau bisa menjadi penabur paku yang ulung dan selalu kebagian menambal.

            Perumpamaan itu disampaikan ibunya ketika Fakly duduk di bangku SMP. Waktu itu dia kehilangan 'rangking pertama' di angkatannya karena ia merasa dicurangi secara terstruktur, sistematis, dan masif. Lalu ibunya datang menyemangatinya.

            Butuh pengalaman yang menyedihkan bagi ibunya untuk merangkai kalimat seperti itu. Ketika baru menikah, mereka setia dengan prinsip ayah Fakly. Tetapi seiring berjalannya waktu, mereka berdua membuat kesimpulan bahwa untuk mempertahankan eksistensi butuh sifat egois. Butuh tindakan yang menguntungkan pribadi, meski terkadang gak logis.

            Menjelang Fakly lahir, Ayahnya suka mengatakan 'fak' meski tidak tahu artinya. "Yang penting, di film-film kata itu untuk mengungkapkan kesialan," jelas ayahnya di suatu hari pada Ibunya. "Aku berharap, semakin sering kuteriakkan, sial menjauh dari diriku."

            Begitulah akhirnya Fakly mendapat namanya. Sementara Zonk adalah nama dari ibunya yang mantan anak gaul. Ketika banyak orang protes dengan pemakaian dua kata yang gak jelas itu, ibunya dengan santai menjawab, "Orang-orang selalu berharap nama searah dengan maknanya. Kami sebaliknya. Dan kita semua sama. Sama-sama berharap. Nama yang jelek pada anak kami akan membawanya menjadi orang sukses.

            "Sekarang ayahku pemuja kapitalis. Dia bangga ketika aku selfie dengan salah seorang kapitalis terkemuka di dunia," tutupnya dengan nada sombong. Lalu bincang-bincang dilanjutkan dengan tanya jawab.

             

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun