Mohon tunggu...
Happy Chappy
Happy Chappy Mohon Tunggu... -

Kebenaran harus ditegakkan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fitnah (Akan) Selalu Menelanjangi Tuannya

8 Maret 2017   18:07 Diperbarui: 8 Maret 2017   18:11 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twimage.net/budi-triyono-3272984054

Fitnah tentulah perbuatan tercela, sangat tercela. Bahkan dalam al-Quran, fitnah diposisikan sebagai kejahatan yang lebih kejam daripada membunuh. Membunuh itu selesai dengan hilangnya nyama, tapi fitnah akan menjadi derita dan dosa sepanjang hidup. Namun, seberapapun kejam dan tercelanya, ada saja orang yang setiap harinya bekerja untuk menyebar fitnah, terutama berkaitan dengan Pilkada DKI Jakarta kali ini. Salah satu korban dari fitnah yang banyak kita temui, terutama di media sosial saat ini, adalah fitnah terhadap Anies-Sandi yang begitu kejam.

Kalau kita boleh sepakat, bahwa fitnah, cepat atau lambat, akan selalu menelanjangi tuannya. Kenapa? Karena rumus klasiknya tetap berlaku, bahwa kebenaran akan selalu menang, pada akhirnya. Kebenaran, dengan caranya sendiri, akan menemukan jalan untuk tampak ke permukaan, dan fitnah akan menjadi hina kembali, sebagaimana kodratnya.

Apa fitnah terhadap Anies itu?

Ada isu dan fitnah yang beberapa waktu lalu sengaja “dimainkan” dan dibuat heboh di dunia maya, sebelum “dengan caranya sendiri” fitnah itu memangsa tuan yang membuatnya. Bagaimana mengetahuinya? Ya, mereka bengong seperti sapi ompong. Tak ada jawaban, kecuali mengakui bahwa isu itu telah menggerogoti kulit dan otaknya yang sumir.

Tentang apa itu?

Pertama, tentang Nina Kentjana Ningrat Sani yang sempat viral menyebutkan, bahwa Anies pernah mengangkat teman-temannya sebagai pejabat eselon, penerbitan buku, dan pengurusan kantin oleh adiknya. Pada Senin, 27 Februari 2017 pukul 12.00, Nina memberikan klarifikasi, bahwa isu itu tidak benar. Diklarifikasi sendiri oleh yang bersangkutan dan meminta maaf. Artinya, Anies tetap bersih dari korupsi, tak pernah menjadi bahan gunjingan karena namanya tidak pernah disebut-sebut dalam lingkaran kasus korupsi.

Kedua, tentang dana 146 Miliar yang dihabiskan Anies, melalui Kemendikbud yang dipimpinnya, untuk mengikuti Frankfrut Book Fair (FBF) 2015 di Jerman. Dana itu “dihabiskan” dengan hanya membawa 123 delegasi dan 200 buku. Secara sembarangan, dana itu kemudian dibandingkan dengan dana yang dihabiskan oleh Raja Salman, sebesar 150 Miliar, dengan membawa 1.500 orang. Anies kemudian dinyinyirkan sedemikan rupa, seakan berhak dicurigai dengan tanpa melihat prosesnya terlebih dahulu. Pada akhirnya, orang-orang yang ramai tentang itu, bungkam ketika membaca wawancara dengan Goenawan Muhammad yang “membela Anies dan kegiatan itu”, ia bahkan bersyukur menjadi bagian dari sejarah itu, sekali seumur hidup.

Ketiga, fitnah tentang adanya affair dan hubungan spesial Anies dengan mahasiswanya. Sedikit agak kacau memang sangkaan itu. Bukan sangkaan sebenarnya, tapi lebih pada ancaman dan tantangan oleh Chiko Hakim; kalau Anies masih suka memainkan isu-isu agama, ia akan membongkar rahasinya Anies. Begitu katanya. Tapi, rupanya itu hanya ancaman kosong karena sampai sejauh ini tidak ada bukti setitik pun yang mengindikasi ke arah itu. Lagian, sedikit “gila” juga kalau selalu mengait-kaitkan isu-isu agama selalu muncul dari ide Anies, terutama ketika menyadari fakta, bahwa Ahok itu banyak yang tidak suka. Toh, kalau memainkan isu agama, itu termasuk SARA. Tinggal dilaporkan saja, selesai. Karena media sosial tak bisa menyelesaikan masalah, apalagi isu dan fitnah yang tidak mendasar.

Banyak lagi fitnah-fitnah yang menghantam Anies Baswedan, yang kemudian dengan sendirinya “mencair” karena memang tidak benar dan isu belaka. Sehingga isu yang dimainkan dan fitnah yang ditembakkan itu memangsa tuannya sendiri. Menelanjangi sang tuan yang serampangan. Sejak putaran pertama, sudah dimulai berbagai serangan, dan ke depan, akan semakin banyak amunisi untuk menyerang Anies Baswedan. Kita tunggu saja, siapa lagi yang akan menelanjangi dirinya sendiri melalui fitnah?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun