Mohon tunggu...
Bagus Suminar
Bagus Suminar Mohon Tunggu... Wakil Ketua ICMI Orwil Jawa Timur, Dosen UHW Perbanas Surabaya dan Pemerhati SPMI Perguruan Tinggi

Ayah dgn 2 anak dan 1 cucu, memiliki hobi menciptakan lagu anak dan pemerhati manajemen mutu pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Evaluasi ke Aksi: Mengoptimalkan Hasil Pembelajaran untuk Perbaikan Berkelanjutan

2 April 2025   19:35 Diperbarui: 2 April 2025   19:35 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan

Evaluasi pembelajaran adalah bagian integral dari proses pendidikan yang sering kali dianggap sebagai langkah terakhir dalam suatu siklus pembelajaran. Namun, evaluasi seharusnya tidak hanya berfungsi sebagai alat ukur untuk menilai kemampuan mahasiswa, melainkan juga sebagai sumber data berharga yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan mengoptimalkan proses pembelajaran itu sendiri. 

Dengan kata lain, evaluasi harus menjadi jembatan antara proses pembelajaran dan perbaikan berkelanjutan.

Namun, banyak perguruan tinggi yang masih menganggap evaluasi hanya sebagai formalitas, tanpa benar-benar mengolah hasilnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Hasil evaluasi, yang sering berupa ujian atau penilaian tugas, kadang terabaikan dan tidak dimanfaatkan secara maksimal. Padahal, dengan pendekatan yang tepat, hasil evaluasi dapat memberikan wawasan penting bagi pengembangan kurikulum, metode pengajaran, dan strategi penilaian yang lebih efektif dan relevan bagi kebutuhan mahasiswa dan dunia kerja.

Baca juga: Mengukur Ulang Keberhasilan Pembelajaran: Antara Skor Nilai dan Kompetensi 

Evaluasi: Hanya Berakhir di Kertas?

Penting untuk memahami bahwa evaluasi pembelajaran lebih dari sekadar hasil ujian yang dicatat di kertas. Ini adalah proses refleksi yang memberikan wawasan tentang apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki dalam sistem pembelajaran. Menurut teori psikologi pembelajaran, seperti yang dijelaskan oleh David Kolb dalam model pembelajaran berbasis pengalaman, pengalaman belajar yang diikuti oleh refleksi dan evaluasi akan lebih mengarah pada pembelajaran yang bermakna dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. 

Dengan kata lain, setelah melakukan evaluasi, dosen dan pengelola perguruan tinggi perlu melibatkan mahasiswa dalam proses refleksi ini agar mereka dapat menghubungkan teori dengan praktek yang nyata.

Evaluasi formatif menjadi salah satu aspek penting dalam hal ini. Tidak hanya di akhir semester, namun evaluasi yang berlangsung selama proses pembelajaran membantu mahasiswa mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka, serta memberi kesempatan bagi dosen untuk menyesuaikan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan individu mahasiswa. Evaluasi yang berkelanjutan, dengan umpan balik yang tepat waktu, memastikan bahwa pembelajaran terjadi secara dinamis dan berkembang sesuai kebutuhan siswa.

Baca juga: Transformasi Mutu Kampus Melalui Benchmarking Digital: Mungkinkah? 

SPMI: Menjamin Proses Pembelajaran yang Terukur

Di Indonesia, sistem yang diharapkan mampu menjamin mutu pembelajaran di perguruan tinggi adalah Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI). 

Sistem ini tidak hanya bertujuan untuk memastikan bahwa kurikulum dan proses pembelajaran mengikuti standar nasional, tetapi juga mengintegrasikan evaluasi sebagai bagian dari perbaikan berkelanjutan. SPMI menekankan bahwa setiap langkah dalam proses pendidikan harus dapat dievaluasi dan diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara keseluruhan.

SPMI menyediakan kerangka kerja yang jelas bagi perguruan tinggi untuk melakukan evaluasi, pemantauan, dan perbaikan berdasarkan data yang diperoleh dari evaluasi pembelajaran. Melalui pendekatan ini, perguruan tinggi diharapkan dapat mengidentifikasi celah atau kekurangan dalam pembelajaran dan mengambil langkah konkret untuk memperbaikinya. Dengan menggunakan SPMI, perguruan tinggi tidak hanya mengandalkan evaluasi sebagai proses akhir, tetapi menjadikannya sebagai bagian dari siklus mutu yang terus-menerus ditingkatkan.

Baca juga: Merumuskan Mission Differentiation: 5 Langkah Menuju Kampus Otentik 

PPEPP: Tools untuk Kaizen

Untuk memastikan bahwa hasil evaluasi diolah menjadi aksi nyata, perguruan tinggi dapat memanfaatkan pendekatan PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, Peningkatan), yang dapat menjadi tools untuk kaizen---filosofi Jepang tentang perbaikan berkelanjutan. Konsep kaizen mendorong kita untuk membuat perubahan kecil secara konsisten, yang dalam konteks pendidikan, bisa diterjemahkan sebagai upaya terus-menerus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui evaluasi yang tepat dan tindak lanjut yang jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun