Model manajemen mutu: PPEPP
Struktur pengelola SPMI dan aktor terkait
Jumlah dan daftar standar mutu institusi
Keterkaitan dengan dokumen strategis lainnya (Renstra, Statuta, RPJP)
Jika poin-poin ini ditulis dengan reflektif dan benar-benar mencerminkan konteks kampus, maka Kebijakan SPMI bukan sekadar syarat akreditasi, tapi menjadi panduan strategis seluruh kehidupan kampus.
"PPEPP: Harus Jadi Nafas Sehari-hari"
Sering kita lihat siklus PPEPP (Penetapan, Pelaksanaan, Evaluasi, Pengendalian, dan Peningkatan) hanya dipajang di banner atau disisipkan di dokumen, tapi tak benar-benar dijalankan. Padahal filosofi PPEPP itu luar biasa. Ia sejalan dengan prinsip Kaizen dalam TQM: perbaikan kecil tapi konsisten, yang dilakukan semua orang setiap hari.
Dalam bukunya, Edward Sallis menyebut bahwa kualitas hanya akan hidup jika ia menjadi bagian dari budaya, bukan proyek. Tanpa siklus PPEPP yang dijalankan secara sadar dan terstruktur, mutu hanya akan jadi wacana. Maka, Kebijakan SPMI harus menjelaskan dengan tegas bagaimana kampus menjalankan PPEPP, bukan cuma menyebutnya.
Baca juga: Membumikan Strategi Kampus: Semua Unit Paham dan Bergerak Sesuai Arah
"SPMI Itu Sistem Bernyawa"
SPMI yang hidup dimulai dari kebijakan yang bernyawa. Ia berbicara tentang harapan, arah, dan cara lembaga menumbuhkan mutu bersama seluruh civitas. Sayangnya, masih ada kampus yang menyusun kebijakan seperti sedang menulis laporan keuangan, kaku, minim refleksi, dan terlalu teknis.
Kalau kita ingin SPMI bukan hanya "dipenuhi", tapi juga dihidupi, maka kebijakan harus ditulis dengan jujur dan berani: menyelaraskan antara idealisme dan realitas, antara visi besar dan langkah-langkah nyata. Kebijakan yang baik akan menginspirasi unit-unit untuk bergerak, bukan hanya mengisi form.
Penutup
Menjamin mutu bukan soal dokumen tebal atau sistem canggih. Ia dimulai dari niat kolektif untuk memperbaiki diri secara terus-menerus. Maka kalau kampus ingin benar-benar bermutu, Kebijakan SPMI harus diperlakukan sebagai arah, bukan arsip.